Minggu, 14 Desember 2014

Qotrul Ghoist - Iman, Mahluk Atau Bukan?

IMAN, MAKHLUK ATAU BUKAN?

Jika ditanyakan kepadamu: "Apakah iman makhluk atau bukan?".

Maka hendaklah kamu berkata: Iman adalah hidayah dari Allah, membenarkan dengan hati terhadap apa yang telah dibawa olah Nabi saw. dari Allah, dan iqrar dengan kalimat syahadat dengan lisan.

Hidayah adalah penciptaan Allah, dan ia qadim. Adapun tashdiq (membenarkan) dan iqrar keduanya adalah perbuatan hamba dan ia muhdats (yang diciptakan/baru, dengan dibaca fathah huruf Dal-nya), yaitu yang ada setelah tiada, dan tiap-tiap apa-apa yang datangnya dari yang qadim adalah qadim, sedang tiap-tiap apa yang datangnya dari yang muhdats adalah muhdats.

Syekh Abu Mu'in mengatakan, tidak boleh dikatakan bahwa iman adalah mahluk atau bukan mahluk, akan tetapi boleh dikatakan bahwa iman dari hamba adalah iqrar dengan lisan serta membenarkan dengan hati, dan iman dari Allah adalah hidayah dan taufiq.

Sebagian ulama' mengatakan, tidak boleh mengatakan bahwa iman adalah sebuah nama hidayah dan taufiq, walaupun iman tidak akan ada kecuali dengan keduanya, karena seorang hamba adalah yang diperintah terhadap iman, dan perintah hanya ada pada apa yang masuk di bawah kekuatan hamba, dan sesuatu yang seperti itu adalah mahluk.

Bajuri mengatakan, yang tepat, iman adalah mahluk, karena iman adakalanya membenarkannya hati, atau membenarkannya hati serta iqrar dengan lisan, dan kedua-duanya adalah mahluk, dan apa yang telah dikatakan bahwa iman adalah qadim dengan mempertimbangkan terhadap hidayah, itu keluar dari hakikat iman, atas sesungguhnya hidayah adalah hadits (baru).

Namun jika kita melihat terhadap bahwa iman adalah dengan qadla' yang azali maka sah saja jika dikatakan bahwa iman adalah qadim.

Muhammad Khalil berkata, dengan menukil dari Syamsi Ar-Ramli, iman menurut Jumhurul Muhaqqiqin adalah membenarkannya hati terhadap apa yang telah diketahui secara pasti yang dibawa Rasulullah saw. dari Allah. Adapun iqrar dengan lisan, maka itu hanya merupakan syarat untuk memenuhi hukum-hukum dalam agama.

Dikatakan, iman adalah iqrar dan membenarkan secara bersamaan, dikatakan juga, iman adalah iqrar dan amal-amal. Dan atas tiap-tiap qaul ini, semuanya adalah mahluk, karena hal tersebut adalah perbuatan hamba yang diciptakan.

Firman Allah:
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
 ««•»»
waallaahu khalaqakum wamaa ta'maluuna
««•»»
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
(QS. Ash Shaaffaat [37]:95)

Adapun perkataan Abul Laits As-Samarqandi pada jawaban; "Apakah iman adalah mahluk atau bukan?" dengan jawaban; "Iman adalah iqrar dan hidayah.

Iqrar adalah pekerjaan hamba dan ia mahluk, dan hidayah adalah penciptaan Allah dan ia bukan mahluk", maka hal ini mendapat toleransi, karena hidayah Allah pada hamba adalah sebab keimanan, bukan juz (bagian) dari iman, dan yang ditanyakan adalah nafsul iman (dzat/esensi iman), bukan iman beserta sebabnya secara bersamaan.

"WAllahu A'lamu, wa shallahu 'ala Sayyidina Muhammadin wa alihi wa Shahbihi wa sallama, wal hamdulillahi Rabbil 'alamina".
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Iman Bersifat Suci


IMAN, BERSIFAT SUCI ATAU TIDAK?

Jika ditanyakan kepadamu: "Iman bersifatkan suci apa tidak?".

Maka hendaklah kamu berkata: Iman bersifatkan suci, maka semua amal akan menjadi sah sebabnya, dan kufur bersifatkan kotor, atau najis.

Firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَذَا وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
««•»»
yaa ayyuhaa alladziina aamanuu innamaa almusyrikuuna najasun falaa yaqrabuu almasjida alharaama ba'da 'aamihim haadzaa wa-in khiftum 'aylatan fasawfa yughniikumu allaahu min fadhlihi in syaa-a inna allaaha 'aliimun hakiimun
««•»»
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis {634}, maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram {635} sesudah tahun ini. {636} Dan jika kamu khawatir menjadi miskin, {637} maka Allah nanti akan memberimu kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
««•»»
[634] Maksudnya: jiwa musyrikin itu dianggap kotor, karena menyekutukan Allah.
[635] Maksudnya: tidak dibenarkan mengerjakan haji dan umrah. menurut Pendapat sebagian mufassirin yang lain, ialah kaum musyrikin itu tidak boleh masuk daerah Haram baik untuk keperluan haji dan umrah atau untuk keperluan yang lain.
[636] Maksudnya setelah tahun 9 Hijrah.
[637] Karena tidak membenarkan orang musyrikin mengerjakan haji dan umrah, karena pencaharian orang-orang Muslim boleh Jadi berkurang.
(QS. At-Taubah [9]:28)

Yakni, najis dalam i'tiqad mereka bukan badannya, dan semua amal yang telah dikerjakan dengan anggota-anggota badan akan menjadi batal sebabnya. Akan tetapi jika orang kafir masuk islam, ia akan diberi pahala atas apa yang telah ia kerjakan, yang berupa ibadah yang tidak membutuhkan terhadap niat, seperti shadaqah, silaturrahmi, dan memerdekakan budak, amal-amal tersebut dihukumi sah mulai saat itu, seperti apa yang telah ditukil oleh Imam Wanaie dari Imam Nawawi.

Dalil tentang hal tersebut adalah firman Allah:
وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
««•»»
"... Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang merugi."
(QS. Al-Maidah [5]:5)

Yakni, barang siapa yang murtad/keluar dari keimanan, sebenarnya amal shalih yang sebelumnya batal, maka semua itu sia-sia dan tidak diberi pahala walaupun ia masuk islam kembali, dan ia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi apabila nantinya mati atas kekufuran.

Yakni, barang siapa yang ingkar dengan kalimat tauhid, yaitu: "Bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah", maka amal-amal shalihnya rusak.

Adapun orang yang masuk islam sebelum mati, maka pahalahnya rusak tidak amalnya, maka tidak wajib baginya mengulangi hajji yang telah ia kerjakan dan shalat yang telah ia laksanakan sebelum ia murtad.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Tambihun


TAMBIHUN

Seandainya ditanyakan kepadamu: "Kekufuran adalah dengan qadla' dan qadar Allah, ridla' terhadap qadla' dan qadar adalah wajib, dan ridla' terhadap kekufuran adalah kufur, maka bagaimana bisa yang wajib berkumpul dengan kekufuran?"

Maka katakanlah: Kekufuran adalah maqdliyyun (yang dilaksanakan) dan maqdurun (yang ditetapkan), bukan qadla' dan qadar, dan ridla' hanya wajib terhadap qadla' dan qadar, tidak terhadap maqdliyyun dan maqdurun, lagi pula, sesuatu yang bertentangan dengan syara' yang tidak disukai oleh seorang hamba, itu adalah dari segi dzatnya, adapun dari segi bahwa sesuatu tadi adalah maqdliyyun, maka seorang hamba tadi ridla', dengan artian, ia tidak bertentangan dengan kehendak Allah, dan seorang hamba tidak diperintah untuk menyukainya walaupun dari segi sesuatu tadi adalah merupakan maqdliyyun.

Akan tetapi ia diperintah meninggalkan dari hal yang bertentangan terhadap Allah, dan beri'tiqad terhadap kebijaksanaan/hikmah atas sesuatu tadi (maqdliyyun) dan keadilan terhadap Allah.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Shalat Lima Waktu Puasa Zakat


SHALAT LIMA WAKTU, PUASA, ZAKAT, DAN…, TERMASUK DARI HAKIKAT IMAN ATAU BUKAN?

Jika ditanyakan kepadamu: "Shalat lima waktu, puasa ramadlan, zakat harta dan badan, cinta terhadap para malaikat, kitab-kitab samawi yang mana Allah telah menurunlkannya kepada sebagian para rasul, terhadap para rasul dan para Nabi alaihimus shalatu wassalam, terhadap qadar baik dan buruknya dari Allah, dan lainnya yang berupa perintah, larangan dan mengikuti sunnah nabi saw., apakah semua tersebut merupakan dari hakikat dan asal iman atau bukan?".

Maka hendaklah kamu berkata: Bukan.

Yakni, semua itu bukan merupakan dari hakikat dan asal iman, akan tetapi itu semua cabang dari iman, karena iman adalah sebuah istilah dari tauhid (peng-esaan) sebagaimana di depan, dan yang selain itu adalah syarat dari beberapa syarat iman, dan cabang dari beberapa cabang iman, karena di antara syarat sahnya iman adalah cinta kepada Allah, para malaikat, para nabi, para aulia', takut akan adzab Allah, mengharap rahmat-Nya, mengagungkan perintah dan larangan-Nya, dan benci terhadap musuh-musuh Allah, yaitu orang-orang kafir.

Adapun shalat, puasa, zakat dan hajji, itu semua adalah syarat kesempurnaan, ini menurut qaul yang mukhtar menurut Ahli Sunnah.

Barang siapa yang meninggalkannya dan i'tiqad akan wajibnya hal tersebut kepada dirinya, atau orang tadi meninggalkan salah satu di antaranya beserta i'tiqad, maka ia adalah orang mukmin yang sempurna dalam memenuhi hukum-hukum kemukminan di dunia dan di akhirat, karena tempat kembalinya adalah ke surga walaupun ia masuk ke neraka jika tidak memperoleh ampunan dari Allah Swt., dan ia juga disebut mukmin naqish (yang kurang) dari segi kelemahan imannya, sebab telah meninggalkan sebagian perintah.

Dan jika ia meninggalkan karena menentang terhadap syara' atau ragu terhadap kewajiban hal itu, maka ia kafir, berdasarkan ijma' ulama'.

Begitu juga apabila ia meninggalkan salah satu di antaranya beserta menentang atau ragu, karena semua itu dapat diketahui dari dalil-dalil agama secara pasti.

Ketahuilah, bahwasanya masalah-masalah dalam agama-secara garis besar-ada empat:
Shihhatul aqdi (sahnya ikatan), yaitu dengan kamu beri'tiqad yang shahih/benar, yang lepas dari keraguan dan kerancuan dari kesesatan-kesesatan Ahlil Ahwa' (orang-orang yang mengikuti hawa nafsu/berbuat semaunya).
Shidqul qashdi (benarnya tujuan), yaitu dengan kebenaran dalam tujuanmu.

Sabda Nabi saw:
 إِنَّمَا الاعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ 
"Sesungguhnya semua pekerjaan bergantung pada niat" 
  • Al-Wafa' bil 'ahdi (memenuhi terhadap janji) Yaitu apabila kamu berjanji maka penuhilah janji itu, agar tidak terdapat padamu suatu karakteristik dari kemunafikan, karena salah satu dari karakteristik kemunafikan ialah jika seseorang berjanji maka ia berkhianat.
  • Ijtinaabul haddi (menjauhi larangan) Yaitu dengan kamu menjauhi semua kemaksiatan.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Apa Yang Dimaksud Dengan Iman

APA YANG DIMAKSUD DENGAN IMAN?

Jika ditanyakan kepadamu: "Apa yang dimaksud dengan iman, yang mana ia adalah cahaya dan hidayat Allah swt.?".

Maka hendaklah kamu berkata: Iman adalah sebuah istilah dari tauhid (pengesaan).

Pengertian tauhid menurut ulama' teologi adalah mengkhususkan pada yang disembah dengan beribadah, serta i'tiqad terhadap keesaan-Nya, dalam dzat, sifat dan af'al.

Disebutkan, iman adalah i'tiqad terhadap apa yang wajib bagi Allah dan rasul-Nya, pada yang jaiz, dan yang mustahil.

Adapun menurut ahli tashawwuf, iman adalah seseorang tidak melihat kecuali pada Allah, dengan artian, bahwa setiap perbuatan, gerak, dan diam yang terjadi di alam adalah dari Allah.

Maha esa Allah tidak ada sekutu bagi-Nya, mereka tidak melihat sebuah perbuatan dimiliki yang selain Allah secara murni.

Terkadang iman juga diartikan dengan tanda-tandanya, seperti sabda Nabi saw. kepada suatu golongan dari Arab yang mana mereka menghadap kepada Rasulullah saw.:
اَتَدْرُونَ مَا الإِيْمَانُ بِاللهِ تَعالى فَقَالُوا اَللهُ وَرَسُولُهُ اَعْلَمُ فَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم شَهَادَةُ اَنْ لا اِلهَ الا اللهُ وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ وَاَنْ تُعْطُوا مِنَ المَغْنَمِ الخُمُسَ
"Apakah kalian tahu apa yang disebut iman terhadap Allah, maha esa Allah, mereka menjawab, Allah dan rasul-Nya lebih mengetahuinya, lalu beliau bersabda: bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, sesungguhnya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa raomadlan, dan memberikan dari harta rampasan perang seperlimanya".
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Iman Bisa Berjuz-juz


IMAN BISA BERJUZ-JUZ ATAU TIDAK?

Jika ditanyakan kepadamu: "Apakah iman terbagi-bagi, yakni, bisa menerima pembagian dengan menjadi juz-juz, atau tidak?"

Perkataan Mushannif pada kata al-iman dengan dibaca mad huruf Hamzah-nya, karena asalnya adalah aal-iman dengan dua huruf Hamzah, lalu Hamzah yang ke dua diganti huruf Alif, maka terjadilah mad yaitu Mad Lazim.

Maka hendaklah kamu berkata: Iman tidak bisa terbagi-bagi, karena iman sesungguhnya adalah sebuah cahaya yang ada di hati, akal dan ruh anak cucu Adam, karena ia adalah hidayah Allah terhadap orang mukmin. Barang siapa yang ingkar terhadap sesuatu dari hal itu, maka orang tersebut kafir.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Baik Buruknya Qadar

 CARA BERIMAN TERHADAP QADAR BAIK DAN BURUKNYA DARI ALLAH?

Jika ditanyakan kepadamu: "Bagaimana cara kamu beriman terhadap qadar baik dan buruknya dari Allah?".

Maka hendaklah kamu berkata: Sesungguhnya Allah telah menciptakan makhluk-makhluk, telah memerintahkan terhadap ketaatan-ketaatan, melarang dari keburukan-keburukan, dan telah menciptakan Lauh (papan), yaitu lauh dari mutiara putih, panjangnya jarak antara langit dan bumi, lebarnya jarak antara masyriq dan magrib, kedua tepinya/pinggirnya adalah mutiara Yaqut dan ujungnya adalah Yaqut merah, asalnya berada di hijr malaikat, yaitu diawang-awang yang berada di atasnya langit.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau berkata bahwa di bagian tengah lauh terdapat kalimat:

لا إِلهَ اِلا اللهُ وَحْدَهُ دِيْنُهُ الإسْلامُ وَمُحَمَّدٌ عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَمَنْ أمَنَ بِاللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَصَدَّقَ بِوَعِيدِهِ وَتَبِعَ رُسُلَهُ أدْخَلَهُ الجَنَّة
"Tiada tuhan selain Allah, maha esa Allah,Iislam agamanya, dan Muhammad hamba dan utusannya, barang siapa beriman terhadap Allah azza wa jalla, membenarkan terhadap janjinya dan mengikuti para rosulnya, maka Allah akan memasukkannya ke Surga".

Allah juga telah menciptakan Qalam (pena), yaitu Qalam dari cahaya, panjangnya seperti jarak antara langit dan bumi.

Dari Ibnu Abbas, beliau berkata, yang pertama Allah ciptakan adalah Qalam, kemudian Allah berfirman padanya: "tulislah", lalu ia menjawab: "apa yang akan hamba tulis?", Allah berfirman: "apa yang ada dan apa yang ada hingga hari kiamat, yang berupa perbuatan, ajal, rizki atau keburukan", maka ia menulis terhadap apa yang ada hingga hari kiamat.

Mujahid telah meriwayatkan sebuah hadits, yang pertama Allah ciptakan adalah Qalam, ia menulis apa yang ada hingga hari kiamat. Dan semua apa yang akan terjadi pada manusia atas suatu perkara benar-benar telah ditetapkan dari-Nya, inilah yang dimaksud dengan perkataan Mushannif, Allah juga telah memerintahkan keduanya untuk menulis perbuatan-perbuatan para hamba.

Firman Allah:
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
innaa kulla syay-in khalaqnaahu biqadarin
"Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran."
(QS. Al-Qamar [54]:49)

Maksudnya, sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu yang berupa apa-apa yang diciptakan yang kecil dan yang besar. Kami telah menciptakannya dengan qadla', qadar, hukum, pengaturan yang telah ditentukan, nasib yang telah ditetapkan, kekuatan yang amat, dan pengetahuan yang sempurna pada waktu yang diketahui, dan tempat yang di tentukan, yang mana itu semua telah ditetapkan di Lauh sebelum terjadinya.

Firman Allah:
وَكُلُّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ
wakullu shaghiirin wakabiirin mustatharun
"Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis."
(QS. Al-Qamar [54]:53)
Yaitu, segala sesuatu yang kecil dan yang besar, yang berupa makhluk, perbuatan-perbuatan, dan ajal-ajalnya telah ditetapkan di Lauhul Mahfudh, dan yang berupa setan, menambah dan menguranginya. Telah diriwayatkan,

bahwasanya Nabi saw. telah bersabda:
رُوِيَ اَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّم قَالَ كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الخَلا ئِقِ كُلِّهَا قَبْلَ اَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالارْضَ بِخَمْسِينَ اَلْفَ عَامٍ
Diriwayatkan bahwasanya Nabi saw. bersabda:
"Allah telah metapkan ketentuan-ketentuan para makhluk kesemuanya lima ratus tahun sebelum menciptakan langit dan bumi"

Dan Beliau Rasulullah saw. juga telah bersabda:
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّم لا يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْمِنَ بِاَرْبَعَةٍ يَشْهَدُ اَنْ لا اِلهَ الا اللهُ وَاَنِّى رَسُولُ اللهِ بَعَثَنِى بِالحَقِّ وَيُؤْمِنُ بِالْبَعْثِ بَعْدَ المَوْتِ وَيُؤْمِنُ بِالقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرّهِ
"Tidak disebut beriman seorang hamba hingga ia beriman terhadap empat perkara, bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan selain Allah, bersaksi bahwa sesungguhnya aku utusan-Nya yang telah mengutusku dengan haq, beriman terhadap ba'ats setelah kematian, dan beriman terhadap qadar baik buruknya dari Allah".

Ketaatan, yaitu sesuatu yang diberi pahala, adalah merupakan qadla', qadar, iradah (kehendak), perintah, ridla', mahabbah (kecintaan), petunjuk, dan penciptaan Allah.

Sebagian ulama' mengatakan, qadla' adalah kehendak Allah yang azali, yang berkaitan dengan segala sesuatu terhadap suatu perkara, yang mana segala sesuatu tersebut berada pada suatu perkara tadi, sedang qadar adalah penciptaan Allah pada segala sesuatu sesuai dengan apa yang sesuai dengan ilmu Allah, maka:
  • qadla' ibarat dasar dan qadar bangunannya,
  • qadla' ibarat mesin alat takaran dan qadar alat takarannya,
  • qadla' ibarat sesuatu yang disiapkan untuk membuat pakaian dan qadar pakaiannya,
  • qadla' ibarat ilustrasi pemahat terhadap suatu gambar yang ada di dalam hatinya dan qadar gambarnya.
Adapun kamaksiatan, yaitu sesuatu yang diberi siksa, adalah merupakan qadla', qadar, dan iradah Allah, juga penciptaan dan penelantaran Allah, akan tetapi bukan perintah, ridla', mahabbah, dan petunjuk Allah.

Ketahuilah bahwasanya madlul (yang dimaksudkan ) perintah bukan madlul kehendak, terkadang perintah terlepas dari kehendak, sebagaimana jika seoarang anak hakim membunuh seorang laki-laki dengan sengaja, maka hakim tersebut akan memerintahkan terhadap membunuh anaknya, dan hakim tersebut bukanlah yang menginkan terhadap hal itu.

Makna ridla' ialah menerima terhadap sesuatu dan memberikan pahala padanya, atau tidak menyiksa terhadapnya.

Adapun perkara-perkara mubah (yang diperbolehkan) bukan perintah Allah, dan segala sesuatu yang Allah telah mengetahui bahwa sesuatu tersebut akan dijadikan telah Allah kehendaki, baik yang diperintahkan atau tidak.

Ketahuilah pula, bahwa orang kafir diperintah untuk beramal sebagaimana ia diperintahkan untuk beriman, ini menurut Imam Syafi'i yang berbeda dengan Imam Hanafi, di mana beliau mengatakan, bahwa orang kafir tidak diperintahkan untuk beramal akan tetapi ia diperintah untuk beriman, dan dalilnya adalah firman Allah:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا
Dengan dasar bahwa tafsiran ayat ini menurutnya adalah :
يَااَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ اَطِيْعُوا, يَااَيُّهَا الكَافِرُوْنَ أَمِنُوْا
Dan
يَااَيُّهَا المُنَافِقُونَ اَخْلِصُوا

Sesungguhnya manusia ada tiga bagian:
Orang mukmin yang ikhlas dalam keimanannya, yaitu orang yang berikrar dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan mengamalkan dengan anggota tubuh,
Orang yang kafir yang ingkar dalam kekufurannya, yaitu orang yang tidak berikrar dengan lisan, dan tidak beriman dengan hatinya, dan
Orang munafik yang mencari muka dalam kemunafikannya, yaitu orang yang berikrar dengan lisan, tidak beriman dengan hatinya, dan yang mencari muka didepan orang-orang mukmin.

Mereka semua (para makhluk) akan diberi pahala atas ketaatan, dan akan diberi siksa atas kemaksiatan mereka. Pahala dan siksa tersebut dengan wa'd (janji memberi kebaikan) Allah dalam ketaatan, dan wa'id (janji memberi siksa) Allah dalam kemaksiatan,

firman Allah:
فَأَمَّا مَنْ طَغَىٰ
وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَىٰ
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ

««»»
fa-ammaa man thaghaa
waaatsara alhayaata alddunyaa
a-inna aljahiima hiya alma/waa
wa-amaa man khaafa maqaama rabbihi wanahaa alnnafsa 'ani alhawaa
fa-inna aljannata hiya alma'waa
««»»
"Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)."
(QS. An Nazi`at [79]:37-41)
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Iman Hari Akhir


CARA BERIMAN TERHADAP HARI AKHIR?

Jika ditanyakan kepadamu: "Bagaimana cara kamu iman terhadap adanya hari akhir?".

Permulaannya adalah dari tiupan sangkakala yang kedua, tiupan itu adalah tiupan pembangkitan, diberi nama hari akhir karena hari itu adalah hari terakhir dari kehidupan dunia, dan juga dinamakan Kiamat, karena pembangkitan manusia pada hari itu dari kuburnya.

Maka hendaklah kamu barkata: Sesungguhnya Allah swt. akan mematikan para makhluk yang berupa hayawanat yang mempunyai ruh, kesemuanya.

Firman Allah:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
kullu nafsin dzaa-iqatu almawti wa-innamaa tuwaffawna ujuurakum yawma alqiyaamati faman zuhziha 'ani alnnaari waudkhila aljannata faqad faaza wamaa alhayaatu alddunyaa illaa mataa'u alghuruuri
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
(QS. Ali 'Imran [3]:185)

Kematian tidak akan terjadi kecuali dengan Ajal, yaitu waktu yang mana Allah telah menetapakan di Azal akan akhir kehidupan sesuatu, maka sesuatu tidak akan mati tanpa Ajal baik secara dibunuh atau lainnya.

Firman Allah:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
wamaa kaana linafsin an tamuuta illaa bi-idzni allaahi kitaaban mu-ajjalan waman yurid tsawaaba alddunyaa nu'tihi minhaa waman yurid tsawaaba al-aakhirati nu'tihi minhaa wasanajzii alsysyaakiriina
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
(QS. Ali 'Imran [3]:145)

Yaitu, sesuatu tidak akan mati kecuali dengan ketetapan dan kehendak Allah, atau dengan izin-Nya kepada malaikat maut dalam mencabut nyawanya. Allah telah menetapkan kematian itu dengan ketetapan yang telah ditentukan waktunya, yang tidak akan didahulukan dan tidak pula diakhirkan.

Kecuali (dari yang tidak akan dimatikan) orang yang berada di surga dan neraka, kemudian Allah akan menghidupkan mayit dengan mengembalikan ruh pada semua badan guna pertanyaan dua malaikat Mungkar dan Nakir, setelah pertanyaan tersebut Allah megeluarkan ruh dari mayit tersebut, dan Allah akan meng-adzab orang yang dikehendaki untuk diadzab-Nya, dengan menciptakan pada si mayit suatu bentuk kehidupan dengan disebabkan berhubungannya ruh dengan jasad, sebagaimana berhubungannya sinar matahari dengan bumi, dengan ukuran sakit yang dirasakan, maka tersiksalah ruh bersama jasad meskipun ia berada di luar jasad.

Adapun orang kafir adzabnya kekal sampai hari kiamat, dan adzab akan diangkat dari orang mukmin pada hari Jum'at dan bulan Ramadlan karena penghormatan pada nabi Muhammad saw., jika orang mukmin tersebut mati pada hari atau malam jum'at maka adzabnya hanya seketika (satu saat) begitu juga dengan kesempitan kubur, lalu akan dihentikan dan tidak akan terulang kembali sampai hari kiamat.

Allah akan menghidupkan mereka setelah binasanya mereka dengan mengembalikan ruh-ruh pada jasad-jasadnya.

Allah berfirman:
فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
faqulnaa idhribuuhu biba'dhihaa kadzaalika yuhyii allaahu almawtaa wayuriikum aayaatihi la'allakum ta'qiluuna
"Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti."[64]
[64] Menurut jumhur mufassirin ayat ini ada hubungannya dengan Peristiwa yang dilakukan oleh seorang dari Bani Israil. masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. setelah mereka membawa persoalan itu kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu.
(QS. A Baqarah [2]:73)
Kehidupan tersebut dengan tiupan pembangkitan setelah kematian mereka, dengan tiupan yang mengagetkan/mencengangkan, jarak antara kedua tiupan tersebut adalah empat puluh tahun.

Firman Allah:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
wanufikha fii alshshuuri fasha'iqa man fii alssamaawaati waman fii al-ardhi illaa man syaa-a allaahu tsumma nufikha fiihi ukhraa fa-idzaa hum qiyaamun yanzhuruuna
"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)."
(QS. Az-Zumar [39]:68)

Setelah kehidupan tersebut mereka akan digiring dalam keadaan tidak memakai alas kaki dan telanjang bulat ke padang mahsyar, yaitu Ardlun Baidla' (bumi yang putih) yang tidak sedikitpun kamu melihat padanya tempat yang rendah dan tempat yang tinggi, dan Allah akan menggumpulkan mereka untuk pertanggungjawaban dan hisab (perhitungan).

Firman Allah:
يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
yawma yajma'ukum liyawmi aljam'i dzaalika yawmu alttaghaabuni waman yu/min biallaahi waya'mal shaalihan yukaffir 'anhu sayyi-aatihi wayudkhilhu jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru khaalidiina fiihaa abadan dzaalika alfawzu al'azhiimu
"(Ingatlah) hari (di mana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar."
(QS. At-Taqhaabun [64]:9)

Dan Allah akan menghisab (membuat perhitungan) mereka.

Firman Allah:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
wanadha'u almawaaziina alqistha liyawmi alqiyaamati falaa tuzhlamu nafsun syay-an wa-in kaana mitsqaala habbatin min khardalin ataynaa bihaa wakafaa binaa haasibiina
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan."
(QS. Al-Anbiyaa [21]:47)

Di antara mereka ada yang dimintai perhitungan dengan berat secara terbuka (di depan umum) karena kehinaannya, dialah orang yang pada hari itu diberi kitab amal yang telah ditulis malaikat Hafadhah selama masa hidupnya dari belakang punggungnya, orang tersebut adalah orang kafir atau orang munafik yang tangan kanannya dibelenggukan pada leher dan tangan kirinya diletakkan di belakang punggungnya, dengan tangan kiri itulah ia akan mengambil kitab amalnya.

Di antaranya lagi terdapat orang yang Allah tidak membuat perhitungan padanya dihadapan para malaikat dan yang lainnya, dengan menutupi terhadap orang tersebut, akan tetapi Allah membuat perhitungan padanya secara langsung, dan Allah akan memperlihatkan amalnya pada orang tersebut dengan berfirman: ”Ini amal-amalmu yang telah kamu kerjakan di dunia, dan Aku telah menutupinya atasmu, dan hari ini Aku telah mengampunimu", dialah orang yang pada hari itu diberi kitab amal dari depan, orang tersebut adalah orang mukmin yang taat.

Adapun kitab amal diciptakan setelah pemiliknya mati yang berada di sebuah almari di bawah Arsy, apabila mereka telah berada di Mauqif (tempat menunggu) maka Allah mengutus angin lalu angin tersebut menerbangkannya, tiap-tiap lembaran akan menempel pada leher pemiliknya yan tidak akan luput pada pemiliknya, kemudian malaikat mengambil lembaran-lembaran tersebut dari leher-leher pemiliknya dan menyerahkannya pada tangan-tangan mereka lalu mereka mengambilnya.

Orang pertama yang mengambil kitab dengan tangan kanannya adalah Umar bin Khattab, beliau memiliki sinar seperti sinar matahari, adapun Abu Bakar, beliau adalah pemimpin tujuh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab, mereka-mereka tidak usah mengambil lembaran-lembarannya.

Setelah Umar, Abu Salmah Abdullah bin Abdil Asad Al-Makhzumi, dan orang pertama yang mengambil kitab dengan tangan kirinya adalah saudara beliau yaitu Al-Aswad bin Abdil Asad.

Setelah hamba mengambil kitabnya, mereka akan mendapatkan huruf-hurufnya terang (bercahaya) atau gelap sesuai menurut amal baik atau buruk, dan tulisan pertama pada lembaran tersebut adalah:
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
iqra' kitaabaka kafaa binafsika alyawma 'alayka hasiibaan
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".
(QS. Al-Israa' [17]:14)


Apabila hamba tersebut telah membacanya, maka wajah mereka akan berubah menjadi putih jika ia orang mukmin, dan akan menjadi hitam jika ia orang kafir.

Firman Allah:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
yawma tabyadhdhu wujuuhun wataswaddu wujuuhun fa-ammaa alladziina iswaddat wujuuhuhum akafartum ba'da iimaanikum fadzuuquu al'adzaaba bimaa kuntum takfuruuna
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".
(QS. Ali-Imran [3]:106)

Sesungguhnya telah terdapat dalam hadits, bahwasanya yang pertama kali dimintai perhitungan oleh Allah adalah Lauhul Mahfudh, dengan sekiranya diberikan pengetahuan, akal, dan suara padanya, lalu Allah memanggilnya dan gemetarlah otot-ototnya,

Lalu Allah bertanya:
"Apakah kamu telah menyampaikan apa yang ada pada kamu kepada Israfil?",

Israfil menjawab:
"Aku telah menyampaikannya",

Kemudian Allah memanggil Israfil dan gemetarlah otot-ototnya karena takut kepada Allah.

Allah bertanya:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah diceritakan oleh Lauhul Mahfudh padamu?",

Israfil menjawab:
"Aku menyampaikannya kepada Jibril",

Kemudian Allah memanggil Jibril dan gemetarlah otot-ototnya,

Lalu Allah bertanya kepada Jibril:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah Israfil ceritakan padamu?",

Jibril menjawab:
"Aku menyampaikannya kepada para utusan",

Kemudian Allah memanggil para utusan seraya bertanya:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah Jibril ceritakan padamu?",

Mereka menjawab:
"Kami menyampaikannya pada manusia",

Lalu manusia ditanya:
tentang umur mereka, terhadap apa mereka menghabiskan/mempergunakannya?, tentang masa mudanya, terhadap apa mereka menggunakannya?,
tentang harta-hartanya, dari mana mereka mendapatkan dan terhadap apa merka menafaqahkannya?,
dan tentang ilmunya, apa yang telah mereka perbuat dengannya?.

Firman Allah:
فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ


falanas-alanna alladziina ursila ilayhim walanas-alanna almursaliina
falanaqushshanna 'alayhim bi'ilmin wamaa kunnaa ghaa-ibiina

"Maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka)."
"Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami),"
(QS. Al a'raaf [7]:6-7)
Dan firman Allah:
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ


fawarabbika lanas-alannahum ajma'iina
'ammaa kaanuu ya'maluuna

"Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,"
"Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu."
(QS. Al-Hijr [15]:92-93)

Kemudian Allah mendirikan Mizan (timbangan/neraca), maka semua pandangan menatap pada kitab-kitab, apakah kitab-kitab tersebut terkumpul pada sebelah kanan atau pada sebelah kiri, lalu pada Lisanul Mizan (arah pengukur timbangan), apakah ia condong ke sebelah keburukan atau kebaikan.

Allah menghukumi di antara mereka dengan adil, dan yang pertama diputus/diadili di mauqif adalah masalah shalat, setelah itu gugatan dari pembunuhan jiwa tanpa haq, kemudian mereka digiring ke shirat, yaitu jembatan yang memanjang di atas tengah neraka yang terlatak diantara mauqif dan surga, sedang neraka berada di antara keduanya, lebih halus dari rambut, lebih tajam dari pedang ibarat silet.

Orang-orang yang beruntung menjalaninya ibarat kedipan mata, kemudian seperti kilat, seperti burung, dan keledai, kemudian orang yang menjalaninya dengan lari-lari kecil, lalu dengan berjalan, dengan merangkak dan dengan merayap/beringsut.

Mereka semua berbeda-beda sebagaimana halnya orang-orang yang celaka, maka di antara mereka ada yang gagal pada langkah yang pertama, dialah orang yang terakhir keluar dari neraka, dan di antaranya lagi terdapat orang yang gagal pada langkah yang terakhir, dialah orang yang pertama keluar dari neraka, perjalanan tersebut berbeda-beda sesuai berdasarkan perbedaan amal kebaikan dan rasa penghormatan terhadap Allah apabila hal itu terbersit pada hati.

Orang pertama yang masuk ke neraka adalah Qabil yang telah membunuh saudaranya yaitu Habil tanpa haq, karena dialah orang pertama yang memperlihatkan hal ini, dia adalah yang pertama masuk ke neraka dari bangsa manusia. Adapun Iblis dia adalah yang pertama masuk ke neraka dari bangsa jin.

Adapun yang selain dari para malaikat, jin dan manusia mereka semua mati, akan tetapi tidak satupun dari para malaikat mati sebelum tiupan pertama, tetapi mereka akan mati pada saat tiupan itu kecuali Hamalatul Arsy dan para malaikat yang empat, mereka akan mati setelah tiupan pertama dan hidup kembali sebelum tiupan ke dua, dan yang mati terkhir adalah malaikat maut, seperti inilah yang telah dikatakan oleh Syarqawi.

Telah dikatakan, bahwasanya Hamalatul Arsy tidak akan mati karena mereka semua diciptakan untuk selamanya.

Adapun orang yang fasiq, yaitu orang yang yang mengerjakan dosa besar atau yang selalu menetapkan dosa kecil, dan ketaatan mereka tidak melebihi terhadap kemaksiatannya, maka mereka tidak akan kekal di neraka setelah hisab, yaitu setelah selesai ukuran dosanya, karena perbuatan tersebut tidak mengeluarkannya dari keimanan, kecuali ia ber-i'tiqad terhadap halalnya kemaksiatan baik besar maupun kecil.

Sesungguhnya yang dinamakan iman menurut golongan Asy'ary dan Maturidzy adalah tashdiq bil qalbi (membenarkan dengan hati) saja, adapun iqrar dari orang yang mampu adalah syarat untuk memenuhi hukum-hukum duniawi yang mana termasuk dari keseluruhannya adalah wajibnya ber-i'tiqad bahwa mereka tidak akan kekal di neraka.

Jika iman adalah tashdiq, maka seorang hamba wajib tidak keluar dari bersifat terhadap itu, kecuali terhadap apa yang bertentangan dengannya yang berupa kekufuran, yaitu tidak adanya tashdiq (membenarkan) pada apa yang telah diketahui secara pasti dari apa yang telah dibawa Rasul saw., atau meniggalkan syaratnya, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat beserta adanya kemampuan untuk itu.

Sebagaimana bahwa orang mukmin yang berbuat maksiat tidak akan kekal di neraka, maka seperti itu juga wajib i'tiqad bahwa syafaat tidak akan sampai pada orang-orang kafir.


Firman Allah:
وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ
حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ
فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ


wakunnaa nukadzdzibu biyawmi alddiini
hattaa ataanaa alyaqiinu
famaa tanfa'uhum syafaa'atu alsysyaafi'iina

"Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,"
"Hingga datang kepada kami kematian".
"Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at."
(QS. Al-Muddatstsir [74]:46-48]

Para rasul memiliki syafaat-syafaat yang tidak terbatas, dan paling agungnya syafaat yang diberikan oleh para rasul adalah syafaat untuk pembebasan makhluk dari ketakutan yang sangat dan kekhawatiran, syafaat ini disebut dengan Syafaat Udhma, karena merata pada semua makhluk, dan juga disebut dengan Maqamul Mahmud, karena orang-orang terdahulu dan terakhir memuji kepada nabi Muhammad saw.

Pada syafaat tersebut, kemudian syafaat untuk memasukkan satu kaum ke Surga tanpa hisab, dan ini termasuk keistimewaan nabi Muhammad saw.

Sebagaimana syafaat yang sebelumnya, lalu syafaat untuk orang yang berhak masuk ke neraka tidak masuk ke neraka, syafaat untuk mengeluarkan orang yang dimasukkan ke neraka, yaitu orang-orang yang bertauhid, dan ini tidak hanya tentu pada nabi Muhammad saw., tetapi para nabi, malaikat dan manusia bersekutu dengan dalam syafaat ini, syafaat untuk meringankan adzab bagi orang yang berhak kekal di neraka pada sebagian waktu, seperti Abu Thalib, syafaat untuk anak-anak – yang mati pada waktu kecil – orang musyrik untuk masuk ke surga, syafaat nabi Muhammad saw.

Bagi orang yang mati di Madinah, -la’allahu- bagi orang yang sabar terhadap kesulitan-kesulitan Madinah dan bagi orang yang berziarah pada beliau setelah wafatnya, syafaat untuk orang yang menjawab muaddzin (orang yang adzan) serta memohonkan derajat untuk beliau, syafaat untuk orang yang bershalawat pada malam dan siang hari Jum'at, syafaat untuk orang yang hafal empatpuluh hadits dalam masalah agama dan mengamalkannya, syafaat untuk orang yang berpuasa bulan Sya'ban dikarenakan beliau suka berpuasa pada bulan itu, dan syafaat untuk orang yang memuji dan memuja kepada Ahlil Bait.

Adapun orang mukmin, yaitu orang yang mati atas agama islam walaupun sebelumnya kafir, maka mereka semua di surga kekal. Tidak akan mungkin mereka-mereka masuk ke surga kemudian masuk ke neraka, karena orang yang masuk ke surga tidak akan pernah keluar.

Firman Allah:
لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ
laa yamassuhum fiihaa nashabun wamaa hum minhaa bimukhrajiina
"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya."
(QS. Al-Hijr [15]:48)

Masuk ke surga adakalanya tanpa masuk ke neraka terlebih dahulu, dan adakalanya masuk ke neraka terlebih dahulu sesuai dengan ukuran dosanya.

Orang kafir dari bangsa manusia dan jin, yaitu mereka-mereka yang mati atas kekufuran walaupun sepanjang umurnya mereka hidup dalam keimanan, mereka semua di neraka kekal, tidak henti-hentinya diadzab yang adakalanya dengan ular-ular, kalajengking-kalajengking, pukulan, atau dengan yang lainnya.

Kesimpulannya adalah, bahwasanya manusia terbagi menjadi dua bagian, orang mukmin dan orang kafir, orang kafir kekal di neraka, dan orang mukmin terbagi menjadi dua bagian, yang taat dan yang maksiat, yang taat di surga, dan yang maksiat terbagi menjadi dua bagian, yang bertaubat dan yang tidak bertaubat, yang bertaubat masuk surga dan yang tidak bertaubat berada pada kehendak Allah, apabila Allah berkehendak maka Allah mengampuninya dan memasukkannya ke surga dengan keagungan dan kemuliaannya, dan itu disebabkan berkat iman dan taat, atau sebab sebagian kebaikan-kebaikan, juga apabila Allah berkehendak maka Allah mengadzabnya dengan ukuran dosanya baik kecil ataupun besar, dan kemudian terakhir Allah memasukkannya ke surga, maka orang tersebut tidak akan kekal di neraka.

Surga tidak akan rusak, surga ada tujuh:
  1. Firdaus,
  2. Adnin,
  3. Khuld,
  4. Na'im,
  5. Ma'wa,
  6. Darus Salam, dan
  7. Darul Jalal.
Yang semuanya bersambung pada tempat pemilik wasilah, yaitu nabi Muhammad saw. supaya ahli surga merasa nikmat dengan melihat beliau, karena sesungguhnya beliau nampak pada mereka dari tempat itu, beliau menyinari ahli surga sebagaimana matahari menyinari ahli bumi.

Juga (yang tidak rusak) neraka, dan tingkatan-tingkatan neraka ada tujuh,
  1. paling atas adalah Jahannam ia untuk orang-orang mukmin yang maksiat,
  2. kemudian Ladha untuk orang yahudi,
  3. Khuthamah untuk orang-orang nashrani,
  4. Sa'ir untuk Shabi'in, mereka adalah suatu kelompok dari orang yahudi,
  5. Saqar untuk orang majasi,
  6. Jahim untuk penyembah berhala, dan
  7. Hawiyah untuk orang munafik.

Demikian juga penghuni surga dan neraka semuanya tidak rusak, yaitu yang berupa Hurun 'In, Wildan, almari surga, malaikat adzab, ular dan kalajengking.

Syarbini berkata menukil dari Imam Nanafi ada tujuh yang tidak akan rusak, Arsy, Kursi, Lauh, Qalam, surga dan neraka beserta penghuninya dan ruh.

Dikhilafi ulama' dalam masalah penafsiran firman Allah:
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
walaa tad'u ma'a allaahi ilaahan aakhara laa ilaaha illaa huwa kullu syay-in haalikun illaa wajhahu lahu alhukmu wa-ilayhi turja'uuna
"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."
(QS. Al Qashash [28]:88)

Apabila makna “Tiap-tiap sesuatu itu binasa” adalah adanya setiap sesuatu dapat binasa pada dzatnya, karena tiap-tiap yang selain Allah swt. adalah yang mumkin ada yang dapat menerima ketiadan, maka tujuh perkara tersebut termasuk pada makna ini, dan jika maknanya, setiap sesuatu itu binasa adalah adanya setiap sesuatu tersebut yang keluar dari yang bisa diambil kamanfaatannya disebabkan kematian atau terpisahnya ajza' (anggota-anggota), maka tujuh perkara tersebut adalah termasuk yang dikecualikan dari yang binasa.

Barang siapa yang ragu terhadap sesuatu dari apa-apa yang telah disebutkan ini maka orang tersebut kafir.
Kembali ke 
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Hafal Nama dan Hitungan Para Rasul


HAFAL NAMA DAN HITUNGAN PARA RASUL, JADI SYARAT SAHNYA IMAN ATAU TIDAK?

Jika ditanyakan padamu: "Menghafal nama-nama dan jumlah hitungan mereka (para rasul) menjadi syarat sahnya iman terhadap kita semua atau tidak?".

Maka hendaklah kamu berkata: Bahwa menghafal nama-nama dan jumlah hitungan tersebut tidaklah menjadi syarat sahnya iman bagi kita semua.
Firman Allah dalam surat Ghafir: 
لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلًا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ
««»»
walaqad arsalnaa rusulan min qablika minhum man qashashnaa 'alayka waminhum man lam naqshush 'alayka wamaa kaana lirasuulin an ya/tiya bi-aayatin illaa bi-idzni allaahi fa-idzaa jaa-a amru allaahi qudhiya bialhaqqi wakhasira hunaalika almubthiluuna
««»»
"Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mu'jizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil."
(QS. Al-Mu'min [40]:78)

Maksudnya, "Sesungguhnya kami telah mengutus para utusan dengan jumalah yang banyak dari sebelum kamu kepada umat-umat mereka untuk menyampaikan dari kami pada apa yang telah kami perintahkan kepada mereka, wahai asrafal khalqi, diantara mereka ada yang kami ceritakan kepadamu kisah-kisah mereka, dan diantara mereka ada pula yang tidak kami ceritakan kisah-kisahnya dan kami tidak menyebutkan nama-nama mereka kepadamu, walaupun kami mempunyai ilmu dan kekuasaan yang sempurna".

Apabila telah menjadi ketetapan bahwasannya para rasul tidak wajib bagi kita mengetahui jumlah hitungannya beserta jumlahnya yang sedikit, maka terlebih lagi mengetahui jumlah hitungan para nabi yang selain rasul beserta banyaknya jumalah mereka, akan tetapi wajib iman terhadap adanya mereka secara tafshil dalam apa yang telah diketahui seperti tersebut.

Mereka adalah dua puluh lima Rasul yang terdapat dalam Al-Quran, yaitu:
  1. Muhammad saw.,
  2. Adam as.,
  3. Nuh as.,
  4. Idris as.,
  5. Hud as.,
  6. Shalih as.,
  7. Yasa' as.,
  8. Dzulkifli as,
  9. Ilyas as.,
  10. Yunus as.,
  11. Ayyub as.,
  12. Ibrahim as.,
  13. Ismail as.,
  14. Ishaq as.,
  15. Ya'qub as.,
  16. Yusuf as.,
  17. Luth as.,
  18. Daud as.,
  19. Sulaiman as.,
  20. Syu'aib as.,
  21. Musa as.,
  22. Harun as.,
  23. Zakariyya as.,
  24. Yahya as., dan
  25. Isa as.
Yang dimaksud iman kepada mereka secara tafshil, yaitu seandainya disampaikan kepadanya seorang dari mereka, maka ia tidak memungkiri terhadap kenabian dan kerasulannya; walaupun ia tidak hafal pada nama-nama mereka, karena menghafal hukumnya tidak wajib.

Barang siapa yang mengingkari terhadap kenabian atau kerasulan seorang dari mereka maka orang tersebut kafir.

Akan tetapi orang awam tidak dihukumi kafir, kecuali ia ingkar setelah ia belajar, dan juga wajib iman secara ijmal kepada selain mereka (duapuluh lima utusan yang telah disebutkan), yaitu dengan cara membenarkan terhadap adanya, kenabian dan kerasulan mereka, dan membenarkan bahwa Allah memiliki para rasul dan para nabi.

Barang siapa yang tidak iman terhadap mereka sebagaimana tersebut maka imannya tidak sah dan orang tersebut adalah kafir.

Adapun mereka yang di-khilafi (masih terjadi perbedaan pendapat ulama’) dalam kenabiannya ada tiga, Dzul Qarnain, 'Uzai, dan Luqman.

Dan juga di-khilafi tentang Khidlir,
  • disebutkan, bahwa beliau adalah nabi dan juga rasul,
  • disebutkan, beliau adalah hanya seorang nabi, dan juga
  • disebutkan bahwa beliau adalah seorang wali, dan beliau kekal hingga saat ini, beliau telah diberi ilmu syari'at dan hakikat, dan berkumpul bersama nabi Ilyas setiap satu tahun di Makkah, keduanya meminum dari sumur zam-zam dengan satu kali minum hingga tahun yang akan datang, makanan mereka adalah karafsun (sejenis tanaman sayuran: celery-ing).
Nabi Ilyas adalah yang menjadi wakil terhadap daratan dan Khidlir yang menjadi wakil terhadap lautan. Seperti inilah yang telah dikatakan Isa Albarowi, Ahmad Al-Baili dan Syekh Yusuf Al-Sumbulawini.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Nabi Yang Menjadi Rasul


BERAPA JUMLAH PARA NABI YANG MENJADI RASUL?

Jika ditanyakan kepadamu: "Berapa banyaknya para nabi yang menjadi rasul?".

Maka hendaklah kamu berkata:
bahwa dalam satu riwayat mereka berjumlah tiga ratus tiga belas utusan, sebanyak jumlah Ahli Badar (orang yang ikut dalam perang badar),
bahwa dalam satu riwayat tiga ratus empat belas, sebanyak jumlah tentara Thalut yang telah sabar bersamanya dalam memerangi tentara Jalut,
dan dalam satu riwayat lain mereka berjumlah tiga ratus lima belas utusan.

Telah diceritakan, bahwasanya Allah telah mengutus delapan ribu nabi, empat ribu dari Bani Israil, dan empat ribu dari manusia lainnya.

Perbedaan antara Nabi dan Rasul ialah:
Rasul, yaitu orang yang diperintah untuk menyampaikan beberapa hukum kepada orang yang dikirimi hukum.
Nabi, yaitu orang yang tidak diperintah untuk menyampaikan perkara tersebut, akan tetapi diperintahkan untuk menyampaikan bahwa sesungguhnya dirinya adalah seorang nabi, supaya dirinya terhormat.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Jumlah Para Nabi


BERAPA JUMLAH PARA NABI?

Jika ditanyakan kepadamu: "Berapa banyaknya jumlah para nabi?".

Maka hendaklah kamu berkata: Bahwasanya jumlah para nabi dalam suatu riwayat berjumlah seratus dua puluh empat nabi.

Ahmad Dardiri mengatakan, yang lebih baik adalah tidak membatasi mereka-mereka dalam jumlah hitungan tertentu, karena dengan adanya pembatasan dalam menyebutkan hitungan, maka tidak menutup kemungkinan akan adanya seseorang yang tidak termasuk dari para nabi masuk dalam hitungan tersebut, dikarenakan bisa saja penyebutan jumlah hitungan tadi lebih banyak dari yang sebenarnya, dan seseorang yang termasuk dari para nabi tidak masuk dalam hitungan, dikarenakan jumlah hitungan tersebut lebih sedikit dari yang sebenarnya.

Adapun hadits yang telah diriwayatkan; "Bahwasanya Nabi saw. telah ditanya tentang jumlah mereka, beliau menjawab: Seratus dua puluh empat ribu", dan dalam suatu riwayat: "Dua ratus dua puluh empat ribu", hadits ini adalah hadits Ahad yang tidak menunjukkan terhadap kepastian, sedang tidak ada pelajaran dengan suatu keraguan di dalam bab i'tiqad.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Far'un

 
FAR'UN

Ibnu Abbas dan Qatadah berkata: Para Ulul Azmi, yaitu orang-orang yang tabah dan giat dalam menjalani beberapa perkara berjumlah lima orang.

Mereka adalah orang-orang yang mempunyai syariat. Yaitu: Muhammad saw., Ibrahim as., Musa as., Isa as. dan Nuh as. Sebagian ulama' telah menyusunnya dalam satu bait dengan bahar Thawil:

مُحَمَّدُ اِبْرَاهِيمُ مُوسَى كَلِيمُهُ # وَعِيسَى وَنُوحٌ هُمْ اُولُو الْعَزْمِ فَاعْلَم

Muqatal berkata, bahwa Ulul Azmi berjumlah enam orang, yaitu:
Nuh as. yang telah sabar terhadap celaan kaumnya,
Ibrahim as. yang terlah sabar terhadap api,
Ishaq as. yang telah sabar terhadap penyembelihan,
Ya'qub as., yang telah sabar tidak memiki putra serta hilangnya penglihatan,
Yusuf as. yang telah sabar dipenjara, dan
Ayyub as. yang telah sabar terhadap penyakit.
Semua syariat, hukum-hukumnya di-mansyukh oleh syariat Sayyidina Muhammad saw. Apabila syariat tersebut tidak sesuai dengan syariatnya.

Terdapat dari sebagian syariat nabi Adam as. mengawinkan saudara dari saudarinya yang bukan saudara kembarannya, dan ulama' telah mufakat atas keharaman tersebut setelah nabi Adam, seperti yang dikatakan Jauhari.

Adapun dalil tentang mansyukh tersebut adalah firman Allah:

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
waman yabtaghi ghayra al-islaami diinan falan yuqbala minhu wahuwa fii al-aakhirati mina alkhaasiriina
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Sabtu, 13 Desember 2014

Qotrul Ghoist - Orang Yang Memiliki Syariat


BERAPA ORANG YANG MEMILIKI SYARIAT?

Jika ditanyakan kepadamu: "Berapa jumlah dari orang-orang yang memiliki syariat?".

Maka hendaklah berkata: Enam orang, yaitu:
  • Adam as.,
  • Nuh as., umur beliau seribu empat ratus lima puluh tahun,
  • Ibrahim as.,
  • Musa as.,
  • Isa as., dan
  • Muhammad saw.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Iman Terhadap Para Nabi


CARA BERIMAN TERHADAP PARA NABI?

Jika ditanyakan kepadamu: "Bagaimana cara kamu beriman terhadap para Nabi?".

Maka hendaklah kamu berkata:

Yang pertama dari para Nabi adalah nabi Adam as. Nama beliau adalah Syarif, nama kunyah-nya (nama julukan yang memakai kata depan abu atau ummu) Abul Basyar dan nama laqab-nya (nama julukan yang bersifat memuji atau mencela) Shafiullah, dan yang paling utama dari para nabi adalah Sayyidina Muhammad saw. Tidak akan ada Nabi sesudahnya shalawatullah alaihim ajma'in.

Mereka semua adalah orang-orang yang menyampaikan kabar tentang perkara-perkara yang ghaib seperti hari kiamat dan keadaan-keadaannya, yaitu: pembangkitan dari kubur, pembangkitan setelah hari Kiamat, berkumpul di padang mahsyar, penghitungan, pembalasan, telaga, syafaat, timbangan, shirath, surga, neraka dan lain sebagainya.

Mereka adalah orang–orang yang memberi nasehat, yaitu orang-orang yang memurnikan amal dari noda-noda kerusakan, mereka tidak akan menipu kaumnya, mereka orang-orang yang jujur dalam semua kabar dan ajakannya, yang menyuruh pada ketaatan-ketaatan kepada Allah, mencegah dari berbagai kemaksiatan, mereka orang-orang yang diberi kepercayaan oleh Allah terhadap wahyunya yang khafi yang tidak akan keluar kecuali dari lisan para utusan.

Wahyu adalah pemberitahuan Allah kepada para nabi-Nya dengan cara yang dikehendakinya, dengan tulisan, mengutus malaikat, mimpi, ilham atau tanpa perantara, sebagaimana yang telah terjadi pada nabi kita diwaktu malam isra', yaitu wahyu tentang kewajiban shalat tanpa adanya perantara, mereka semua adalah orang-orang yang di-makshum dari segala zilal (kesalahan-kesalahan) yaitu kesalahan-kesalahan kecil, (kata zilal, dengan dibaca kasrah huruf Zai-nya adalah jama' dari kata zallatun seperti yang telah dikatakan Muhammad Jauhari dalam kitab Syarhu Al-Jazariyah. Adapun kata zalal dengan dibaca fathah huruf Zai-nya adalah bentuk mashdar dari lafadh zalla-yazallu, zalla-yazillu dari bab alima dan dlaraba seperti yang terdapat di dalam kamus dan kitab Al-Misbah)

Mereka juga di-ma'shum dari dosa-dosa besar. Maksudnya, sesungguhnya Allah telah menjaga bathin (rohani) dan dlahir (jasmani) mereka dari terlibat atas sesuatu yang dilarang-Nya, meskipun berupa larangan makruh tanzih, dan walaupun waktu di masa kecil, sebagaimana yang telah dikatakan Ahmad Dardiri.

Adapun pendapat Jumhur, dan ini adalah pendapat yang shohih ialah, sesungguhnya mereka di-ma'shum dari segala dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil sebelum kenabian dan sesudahnya. Ke-ma'shum-an mereka adalah wajib seperti yang dikatakan Ahmad Baily. Mencintai mereka dengan hati adalah syarat sahnya iman, dan membenci mereka adalah kufur.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html

Qotrul Ghoist - Kitab-kitab Allah


BERAPA KITAB YANG TELAH ALLAH TURUNKAN?
Jika ditanyakan kepadamu: "Berapa kitab yang telah Allah turunkan kepada para nabi-Nya yang menjadi rasul?" (kata kam, dalam perkataan musannif di kitab ini adalah isim istifham pada kedudukan nashab menjadi maf'ul yang dikedepankan, dan kata kitaban menjadi tamyiz).

Maka hendaklah kamu berkata: Bahwa dalam satu riwayat, kitab-kitab tersebut berjumlah seratus empat kitab.

Dari sebagian kitab-kitab tersebut, Allah telah menurunkan:
  • sepuluh kitab kepada Shafiullah Abil Basyar yaitu nabi Adam as.,
  • limapuluh kitab kepada nabi Syits as., {kata Syits dibaca dengan menggunakan huruf tsa' yang ditengahnya memakai huruf ya', kata Syits kebanyakan dibaca dengan munsharif (dapat menerima tanwin), namun terkadang dibaca dengan ghairu munsharif (tidak dapat menerima tanwin), maknanya adalah Hibbatullah (tiupan Allah)}. Nabi Syits as. adalah putra kandung nabi Adam as. yang paling tampan, paling utama, paling mirip dan yang paling menyayanginya dari sekian banyak putra-putra nabi Adam as. Beliau hidup selama tujuh ratus dua belas tahun.
  • Allah juga telah menurunkan dari sebagian kitab-kitab tersebut, tigapuluh kitab pada nabi Idris as. ayah nabi Nuh as. {Nama nabi Idris adalah Akhnun dengan dibaca fathah huruf hamzah-nya, atau khanun dengan di baca fathah huruf kha'-nya serta membuang huruf hamzah-nya}. Telah disebutkan, bahwa beliau diberi nama Idris karena banyaknya beliau mempelajari kitab-kitab. Beliau adalah orang pertama yang menulis dengan pena dan yang meneliti ilmu perbintangan dan ilmu hitung, juga orang pertama yang menjahit pakaian serta memakainya, yang mana orang-orang sebelum beliau memakai pakaian dari kulit, beliau jugalah orang pertama yang membuat persenjataan dan memerangi orang-orang kafir.
  • Dari seratus empat kitab tersebut, Allah telah menurunkan Injil pada nabi Isa as. bin Maryam,
  • dan Taurat kepada nabi Musa as. bin Imran. Sebagian ulama' mengatakan, Taurat dan Injil adalah dua nama dari bahasa Ibrani, dikatakan juga bahwa keduanya dari bahasa Suryani seperti Zabur, juga dikatakan oleh ulama' bahwa kitab Taurat diberi nama dengan Taurat, karena sebenarnya di dalam kitab Taurat terdapat nur yang mana akan dikeluarkannya dari kesesatan menuju petunjuk sebab nur tersebut, sebagaimana akan dikeluarkannya dari kegelapan menuju keterang-benderangan sebab api. Dikatakan juga, kitab Injil diberi nama Injil karena di dalamnya terdapat kelapangan yang tidak terdapat pada kitab Taurat, sebab di dalamnya telah dihalalkan beberapa perkara yang diharamkan dalam kitab Taurat. Juga dikatakan, bahwa kitab Injil diberi nama tersebut karena kitab Injil telah mengembangkan ringkasan nur kitab Taurat.
  • Allah telah menurunkan Zabur kepada nabi Daud as. Beliau adalah sebagian dari pengikut nabi Musa as.,
  • Allah juga telah menurunkan Al-Quran dengan jelas dan dipisah-pisah dalam dua puluh tiga tahun setelah Al-Quran ditulis dalam beberapa mushhaf, Al-Quran diturunkan secara sekaligus pada malam Lailatul Qadar di Baitil Izzah, yaitu suatu tempat yang berada di langit dunia. Al-Quran diberi nama Al-Furqan karena ia membedakan antara yang hak dan yang bathil juga dikarenakan adanya Al-Quran yang jelas dan terpisah-pisah dalam beberapa tahun, dan ia diberi nama Al-Quran karena sebenarnya ia berada di posisi Taurat, Injil dan Zabur dalam banyaknya bacaannya, dan Al-Quran tersebut diturunkan kepada nabi Muhammad Al-Mustafa Al-Mukhtar saw. Bin Abdillah bin Abdil Muttalib bin Hasyim ban Abdil Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Mudlar bin Kinanah bin Huzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mushir bin Nizar bin Mu'id bin Adnan yaitu dari keturunan nabi Isma'il as. bin Ibrahim as.
Ini (jumlah kitab yang diturunkan Allah) seperti yang telah di riwayatkan dari Ubay bin Ka'ab:

رُوِيَ عَنْ اُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ اَنَّهُ سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمْ أَنْزَلَ اللهُ تَعَلَى مِنْ كِتَابٍ فَقَالَ مِائَةٌ وَأَرْبَعَةُكُتُبٍ مِنْهَا عَلَى آدَمَ عَشْرُ صُحُفٍ وَعَلَى شِيْثَ خَمْسُونَ صَحِيفَةً وَعَلَى اَخْنُونَ وَهُوَ إِدْرِيْسُ ثَلاثُونَ صَحِيفَةً وَعَلَى إِبْرٰهِمَ عَشْرُ صَحَائِفَ وَالتَّوْرَاةُ وَالإِنْجِيْلُ وَالزَّبُورُ وَالفُرْقَانُ
"Dari Ubay bin Ka'ab, bahwasannya beliau bertanya kepada Rasulullah saw.: Berapa jumlah dari kitab yang telah Allah turunkan?

Rasul menjawab:
"Seratus empat kitab, sebagian darinya adalah sepuluh mushaf kepada Adam, limapuluh mushaf kepada Syits, tigapuluh mushaf kepada Akhnun beliau adalah Idris, sepuluh mushaf kepada Ibrahim, Injil, Taurat, Zabur dan Al-Furqan".

Sebagai mana yang telah dikatakan oleh Imam Syarbini dalam kitab tafsirnya. Adapun yang benar ialah tidak membatasi terhadap kitab-kitab dengan hitungan/jumlah tertentu, karena banyak perbedaan riwayat, akan tetapi yang wajib adalah, sesorang harus ber-i'tiqad, bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan beberapa kitab dari langit, dan mengetahui terhadap kitab-kitab yang empat.
Kembali ke
[DAFTAR ISI]
Sumber: http://ad-dloifyal-malikie.blogspot.com/p/cahaya-iman.html