CARA BERIMAN TERHADAP HARI AKHIR?
Jika ditanyakan kepadamu: "Bagaimana cara kamu iman terhadap adanya hari akhir?".
Permulaannya adalah dari tiupan sangkakala yang kedua, tiupan itu adalah tiupan pembangkitan, diberi nama hari akhir karena hari itu adalah hari terakhir dari kehidupan dunia, dan juga dinamakan Kiamat, karena pembangkitan manusia pada hari itu dari kuburnya.
Maka hendaklah kamu barkata: Sesungguhnya Allah swt. akan mematikan para makhluk yang berupa hayawanat yang mempunyai ruh, kesemuanya.
Firman Allah:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
kullu nafsin dzaa-iqatu almawti wa-innamaa tuwaffawna ujuurakum yawma alqiyaamati faman zuhziha 'ani alnnaari waudkhila aljannata faqad faaza wamaa alhayaatu alddunyaa illaa mataa'u alghuruuri
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
(QS. Ali 'Imran [3]:185)
Kematian tidak akan terjadi kecuali dengan Ajal, yaitu waktu yang mana Allah telah menetapakan di Azal akan akhir kehidupan sesuatu, maka sesuatu tidak akan mati tanpa Ajal baik secara dibunuh atau lainnya.
Firman Allah:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
wamaa kaana linafsin an tamuuta illaa bi-idzni allaahi kitaaban mu-ajjalan waman yurid tsawaaba alddunyaa nu'tihi minhaa waman yurid tsawaaba al-aakhirati nu'tihi minhaa wasanajzii alsysyaakiriina
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
(QS. Ali 'Imran [3]:145)
Yaitu, sesuatu tidak akan mati kecuali dengan ketetapan dan kehendak Allah, atau dengan izin-Nya kepada malaikat maut dalam mencabut nyawanya. Allah telah menetapkan kematian itu dengan ketetapan yang telah ditentukan waktunya, yang tidak akan didahulukan dan tidak pula diakhirkan.
Kecuali (dari yang tidak akan dimatikan) orang yang berada di surga dan neraka, kemudian Allah akan menghidupkan mayit dengan mengembalikan ruh pada semua badan guna pertanyaan dua malaikat Mungkar dan Nakir, setelah pertanyaan tersebut Allah megeluarkan ruh dari mayit tersebut, dan Allah akan meng-adzab orang yang dikehendaki untuk diadzab-Nya, dengan menciptakan pada si mayit suatu bentuk kehidupan dengan disebabkan berhubungannya ruh dengan jasad, sebagaimana berhubungannya sinar matahari dengan bumi, dengan ukuran sakit yang dirasakan, maka tersiksalah ruh bersama jasad meskipun ia berada di luar jasad.
Adapun orang kafir adzabnya kekal sampai hari kiamat, dan adzab akan diangkat dari orang mukmin pada hari Jum'at dan bulan Ramadlan karena penghormatan pada nabi Muhammad saw., jika orang mukmin tersebut mati pada hari atau malam jum'at maka adzabnya hanya seketika (satu saat) begitu juga dengan kesempitan kubur, lalu akan dihentikan dan tidak akan terulang kembali sampai hari kiamat.
Allah akan menghidupkan mereka setelah binasanya mereka dengan mengembalikan ruh-ruh pada jasad-jasadnya.
Allah berfirman:
فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
faqulnaa idhribuuhu biba'dhihaa kadzaalika yuhyii allaahu almawtaa wayuriikum aayaatihi la'allakum ta'qiluuna
"Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti."[64]
[64] Menurut jumhur mufassirin ayat ini ada hubungannya dengan Peristiwa yang dilakukan oleh seorang dari Bani Israil. masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. setelah mereka membawa persoalan itu kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu.
(QS. A Baqarah [2]:73)
Kehidupan tersebut dengan tiupan pembangkitan setelah kematian mereka, dengan tiupan yang mengagetkan/mencengangkan, jarak antara kedua tiupan tersebut adalah empat puluh tahun.
Firman Allah:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
wanufikha fii alshshuuri fasha'iqa man fii alssamaawaati waman fii al-ardhi illaa man syaa-a allaahu tsumma nufikha fiihi ukhraa fa-idzaa hum qiyaamun yanzhuruuna
"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)."
(QS. Az-Zumar [39]:68)
Setelah kehidupan tersebut mereka akan digiring dalam keadaan tidak memakai alas kaki dan telanjang bulat ke padang mahsyar, yaitu Ardlun Baidla' (bumi yang putih) yang tidak sedikitpun kamu melihat padanya tempat yang rendah dan tempat yang tinggi, dan Allah akan menggumpulkan mereka untuk pertanggungjawaban dan hisab (perhitungan).
Firman Allah:
يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
yawma yajma'ukum liyawmi aljam'i dzaalika yawmu alttaghaabuni waman yu/min biallaahi waya'mal shaalihan yukaffir 'anhu sayyi-aatihi wayudkhilhu jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru khaalidiina fiihaa abadan dzaalika alfawzu al'azhiimu
"(Ingatlah) hari (di mana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar."
(QS. At-Taqhaabun [64]:9)
Dan Allah akan menghisab (membuat perhitungan) mereka.
Firman Allah:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
wanadha'u almawaaziina alqistha liyawmi alqiyaamati falaa tuzhlamu nafsun syay-an wa-in kaana mitsqaala habbatin min khardalin ataynaa bihaa wakafaa binaa haasibiina
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan."
(QS. Al-Anbiyaa [21]:47)
Di antara mereka ada yang dimintai perhitungan dengan berat secara terbuka (di depan umum) karena kehinaannya, dialah orang yang pada hari itu diberi kitab amal yang telah ditulis malaikat Hafadhah selama masa hidupnya dari belakang punggungnya, orang tersebut adalah orang kafir atau orang munafik yang tangan kanannya dibelenggukan pada leher dan tangan kirinya diletakkan di belakang punggungnya, dengan tangan kiri itulah ia akan mengambil kitab amalnya.
Di antaranya lagi terdapat orang yang Allah tidak membuat perhitungan padanya dihadapan para malaikat dan yang lainnya, dengan menutupi terhadap orang tersebut, akan tetapi Allah membuat perhitungan padanya secara langsung, dan Allah akan memperlihatkan amalnya pada orang tersebut dengan berfirman: ”Ini amal-amalmu yang telah kamu kerjakan di dunia, dan Aku telah menutupinya atasmu, dan hari ini Aku telah mengampunimu", dialah orang yang pada hari itu diberi kitab amal dari depan, orang tersebut adalah orang mukmin yang taat.
Adapun kitab amal diciptakan setelah pemiliknya mati yang berada di sebuah almari di bawah Arsy, apabila mereka telah berada di Mauqif (tempat menunggu) maka Allah mengutus angin lalu angin tersebut menerbangkannya, tiap-tiap lembaran akan menempel pada leher pemiliknya yan tidak akan luput pada pemiliknya, kemudian malaikat mengambil lembaran-lembaran tersebut dari leher-leher pemiliknya dan menyerahkannya pada tangan-tangan mereka lalu mereka mengambilnya.
Orang pertama yang mengambil kitab dengan tangan kanannya adalah Umar bin Khattab, beliau memiliki sinar seperti sinar matahari, adapun Abu Bakar, beliau adalah pemimpin tujuh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab, mereka-mereka tidak usah mengambil lembaran-lembarannya.
Setelah Umar, Abu Salmah Abdullah bin Abdil Asad Al-Makhzumi, dan orang pertama yang mengambil kitab dengan tangan kirinya adalah saudara beliau yaitu Al-Aswad bin Abdil Asad.
Setelah hamba mengambil kitabnya, mereka akan mendapatkan huruf-hurufnya terang (bercahaya) atau gelap sesuai menurut amal baik atau buruk, dan tulisan pertama pada lembaran tersebut adalah:
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
iqra' kitaabaka kafaa binafsika alyawma 'alayka hasiibaan
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".
(QS. Al-Israa' [17]:14)
Apabila hamba tersebut telah membacanya, maka wajah mereka akan berubah menjadi putih jika ia orang mukmin, dan akan menjadi hitam jika ia orang kafir.
Firman Allah:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
yawma tabyadhdhu wujuuhun wataswaddu wujuuhun fa-ammaa alladziina iswaddat wujuuhuhum akafartum ba'da iimaanikum fadzuuquu al'adzaaba bimaa kuntum takfuruuna
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".
(QS. Ali-Imran [3]:106)
Sesungguhnya telah terdapat dalam hadits, bahwasanya yang pertama kali dimintai perhitungan oleh Allah adalah Lauhul Mahfudh, dengan sekiranya diberikan pengetahuan, akal, dan suara padanya, lalu Allah memanggilnya dan gemetarlah otot-ototnya,
Lalu Allah bertanya:
"Apakah kamu telah menyampaikan apa yang ada pada kamu kepada Israfil?",
Israfil menjawab:
"Aku telah menyampaikannya",
Kemudian Allah memanggil Israfil dan gemetarlah otot-ototnya karena takut kepada Allah.
Allah bertanya:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah diceritakan oleh Lauhul Mahfudh padamu?",
Israfil menjawab:
"Aku menyampaikannya kepada Jibril",
Kemudian Allah memanggil Jibril dan gemetarlah otot-ototnya,
Lalu Allah bertanya kepada Jibril:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah Israfil ceritakan padamu?",
Jibril menjawab:
"Aku menyampaikannya kepada para utusan",
Kemudian Allah memanggil para utusan seraya bertanya:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah Jibril ceritakan padamu?",
Mereka menjawab:
"Kami menyampaikannya pada manusia",
Lalu manusia ditanya:
tentang umur mereka, terhadap apa mereka menghabiskan/mempergunakannya?, tentang masa mudanya, terhadap apa mereka menggunakannya?,
tentang harta-hartanya, dari mana mereka mendapatkan dan terhadap apa merka menafaqahkannya?,
dan tentang ilmunya, apa yang telah mereka perbuat dengannya?.
Firman Allah:
فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ
falanas-alanna alladziina ursila ilayhim walanas-alanna almursaliina
falanaqushshanna 'alayhim bi'ilmin wamaa kunnaa ghaa-ibiina
"Maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka)."
"Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami),"
(QS. Al a'raaf [7]:6-7)
Dan firman Allah:
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
fawarabbika lanas-alannahum ajma'iina
'ammaa kaanuu ya'maluuna
"Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,"
"Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu."
(QS. Al-Hijr [15]:92-93)
Kemudian Allah mendirikan Mizan (timbangan/neraca), maka semua pandangan menatap pada kitab-kitab, apakah kitab-kitab tersebut terkumpul pada sebelah kanan atau pada sebelah kiri, lalu pada Lisanul Mizan (arah pengukur timbangan), apakah ia condong ke sebelah keburukan atau kebaikan.
Allah menghukumi di antara mereka dengan adil, dan yang pertama diputus/diadili di mauqif adalah masalah shalat, setelah itu gugatan dari pembunuhan jiwa tanpa haq, kemudian mereka digiring ke shirat, yaitu jembatan yang memanjang di atas tengah neraka yang terlatak diantara mauqif dan surga, sedang neraka berada di antara keduanya, lebih halus dari rambut, lebih tajam dari pedang ibarat silet.
Orang-orang yang beruntung menjalaninya ibarat kedipan mata, kemudian seperti kilat, seperti burung, dan keledai, kemudian orang yang menjalaninya dengan lari-lari kecil, lalu dengan berjalan, dengan merangkak dan dengan merayap/beringsut.
Mereka semua berbeda-beda sebagaimana halnya orang-orang yang celaka, maka di antara mereka ada yang gagal pada langkah yang pertama, dialah orang yang terakhir keluar dari neraka, dan di antaranya lagi terdapat orang yang gagal pada langkah yang terakhir, dialah orang yang pertama keluar dari neraka, perjalanan tersebut berbeda-beda sesuai berdasarkan perbedaan amal kebaikan dan rasa penghormatan terhadap Allah apabila hal itu terbersit pada hati.
Orang pertama yang masuk ke neraka adalah Qabil yang telah membunuh saudaranya yaitu Habil tanpa haq, karena dialah orang pertama yang memperlihatkan hal ini, dia adalah yang pertama masuk ke neraka dari bangsa manusia. Adapun Iblis dia adalah yang pertama masuk ke neraka dari bangsa jin.
Adapun yang selain dari para malaikat, jin dan manusia mereka semua mati, akan tetapi tidak satupun dari para malaikat mati sebelum tiupan pertama, tetapi mereka akan mati pada saat tiupan itu kecuali Hamalatul Arsy dan para malaikat yang empat, mereka akan mati setelah tiupan pertama dan hidup kembali sebelum tiupan ke dua, dan yang mati terkhir adalah malaikat maut, seperti inilah yang telah dikatakan oleh Syarqawi.
Telah dikatakan, bahwasanya Hamalatul Arsy tidak akan mati karena mereka semua diciptakan untuk selamanya.
Adapun orang yang fasiq, yaitu orang yang yang mengerjakan dosa besar atau yang selalu menetapkan dosa kecil, dan ketaatan mereka tidak melebihi terhadap kemaksiatannya, maka mereka tidak akan kekal di neraka setelah hisab, yaitu setelah selesai ukuran dosanya, karena perbuatan tersebut tidak mengeluarkannya dari keimanan, kecuali ia ber-i'tiqad terhadap halalnya kemaksiatan baik besar maupun kecil.
Sesungguhnya yang dinamakan iman menurut golongan Asy'ary dan Maturidzy adalah tashdiq bil qalbi (membenarkan dengan hati) saja, adapun iqrar dari orang yang mampu adalah syarat untuk memenuhi hukum-hukum duniawi yang mana termasuk dari keseluruhannya adalah wajibnya ber-i'tiqad bahwa mereka tidak akan kekal di neraka.
Jika iman adalah tashdiq, maka seorang hamba wajib tidak keluar dari bersifat terhadap itu, kecuali terhadap apa yang bertentangan dengannya yang berupa kekufuran, yaitu tidak adanya tashdiq (membenarkan) pada apa yang telah diketahui secara pasti dari apa yang telah dibawa Rasul saw., atau meniggalkan syaratnya, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat beserta adanya kemampuan untuk itu.
Sebagaimana bahwa orang mukmin yang berbuat maksiat tidak akan kekal di neraka, maka seperti itu juga wajib i'tiqad bahwa syafaat tidak akan sampai pada orang-orang kafir.
Firman Allah:
وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ
حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ
فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
wakunnaa nukadzdzibu biyawmi alddiini
hattaa ataanaa alyaqiinu
famaa tanfa'uhum syafaa'atu alsysyaafi'iina
"Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,"
"Hingga datang kepada kami kematian".
"Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at."
(QS. Al-Muddatstsir [74]:46-48]
Para rasul memiliki syafaat-syafaat yang tidak terbatas, dan paling agungnya syafaat yang diberikan oleh para rasul adalah syafaat untuk pembebasan makhluk dari ketakutan yang sangat dan kekhawatiran, syafaat ini disebut dengan Syafaat Udhma, karena merata pada semua makhluk, dan juga disebut dengan Maqamul Mahmud, karena orang-orang terdahulu dan terakhir memuji kepada nabi Muhammad saw.
Pada syafaat tersebut, kemudian syafaat untuk memasukkan satu kaum ke Surga tanpa hisab, dan ini termasuk keistimewaan nabi Muhammad saw.
Sebagaimana syafaat yang sebelumnya, lalu syafaat untuk orang yang berhak masuk ke neraka tidak masuk ke neraka, syafaat untuk mengeluarkan orang yang dimasukkan ke neraka, yaitu orang-orang yang bertauhid, dan ini tidak hanya tentu pada nabi Muhammad saw., tetapi para nabi, malaikat dan manusia bersekutu dengan dalam syafaat ini, syafaat untuk meringankan adzab bagi orang yang berhak kekal di neraka pada sebagian waktu, seperti Abu Thalib, syafaat untuk anak-anak – yang mati pada waktu kecil – orang musyrik untuk masuk ke surga, syafaat nabi Muhammad saw.
Bagi orang yang mati di Madinah, -la’allahu- bagi orang yang sabar terhadap kesulitan-kesulitan Madinah dan bagi orang yang berziarah pada beliau setelah wafatnya, syafaat untuk orang yang menjawab muaddzin (orang yang adzan) serta memohonkan derajat untuk beliau, syafaat untuk orang yang bershalawat pada malam dan siang hari Jum'at, syafaat untuk orang yang hafal empatpuluh hadits dalam masalah agama dan mengamalkannya, syafaat untuk orang yang berpuasa bulan Sya'ban dikarenakan beliau suka berpuasa pada bulan itu, dan syafaat untuk orang yang memuji dan memuja kepada Ahlil Bait.
Adapun orang mukmin, yaitu orang yang mati atas agama islam walaupun sebelumnya kafir, maka mereka semua di surga kekal. Tidak akan mungkin mereka-mereka masuk ke surga kemudian masuk ke neraka, karena orang yang masuk ke surga tidak akan pernah keluar.
Firman Allah:
لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ
laa yamassuhum fiihaa nashabun wamaa hum minhaa bimukhrajiina
"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya."
(QS. Al-Hijr [15]:48)
Masuk ke surga adakalanya tanpa masuk ke neraka terlebih dahulu, dan adakalanya masuk ke neraka terlebih dahulu sesuai dengan ukuran dosanya.
Orang kafir dari bangsa manusia dan jin, yaitu mereka-mereka yang mati atas kekufuran walaupun sepanjang umurnya mereka hidup dalam keimanan, mereka semua di neraka kekal, tidak henti-hentinya diadzab yang adakalanya dengan ular-ular, kalajengking-kalajengking, pukulan, atau dengan yang lainnya.
Kesimpulannya adalah, bahwasanya manusia terbagi menjadi dua bagian, orang mukmin dan orang kafir, orang kafir kekal di neraka, dan orang mukmin terbagi menjadi dua bagian, yang taat dan yang maksiat, yang taat di surga, dan yang maksiat terbagi menjadi dua bagian, yang bertaubat dan yang tidak bertaubat, yang bertaubat masuk surga dan yang tidak bertaubat berada pada kehendak Allah, apabila Allah berkehendak maka Allah mengampuninya dan memasukkannya ke surga dengan keagungan dan kemuliaannya, dan itu disebabkan berkat iman dan taat, atau sebab sebagian kebaikan-kebaikan, juga apabila Allah berkehendak maka Allah mengadzabnya dengan ukuran dosanya baik kecil ataupun besar, dan kemudian terakhir Allah memasukkannya ke surga, maka orang tersebut tidak akan kekal di neraka.
Surga tidak akan rusak, surga ada tujuh:
Jika ditanyakan kepadamu: "Bagaimana cara kamu iman terhadap adanya hari akhir?".
Permulaannya adalah dari tiupan sangkakala yang kedua, tiupan itu adalah tiupan pembangkitan, diberi nama hari akhir karena hari itu adalah hari terakhir dari kehidupan dunia, dan juga dinamakan Kiamat, karena pembangkitan manusia pada hari itu dari kuburnya.
Maka hendaklah kamu barkata: Sesungguhnya Allah swt. akan mematikan para makhluk yang berupa hayawanat yang mempunyai ruh, kesemuanya.
Firman Allah:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
kullu nafsin dzaa-iqatu almawti wa-innamaa tuwaffawna ujuurakum yawma alqiyaamati faman zuhziha 'ani alnnaari waudkhila aljannata faqad faaza wamaa alhayaatu alddunyaa illaa mataa'u alghuruuri
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."
(QS. Ali 'Imran [3]:185)
Kematian tidak akan terjadi kecuali dengan Ajal, yaitu waktu yang mana Allah telah menetapakan di Azal akan akhir kehidupan sesuatu, maka sesuatu tidak akan mati tanpa Ajal baik secara dibunuh atau lainnya.
Firman Allah:
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
wamaa kaana linafsin an tamuuta illaa bi-idzni allaahi kitaaban mu-ajjalan waman yurid tsawaaba alddunyaa nu'tihi minhaa waman yurid tsawaaba al-aakhirati nu'tihi minhaa wasanajzii alsysyaakiriina
"Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur."
(QS. Ali 'Imran [3]:145)
Yaitu, sesuatu tidak akan mati kecuali dengan ketetapan dan kehendak Allah, atau dengan izin-Nya kepada malaikat maut dalam mencabut nyawanya. Allah telah menetapkan kematian itu dengan ketetapan yang telah ditentukan waktunya, yang tidak akan didahulukan dan tidak pula diakhirkan.
Kecuali (dari yang tidak akan dimatikan) orang yang berada di surga dan neraka, kemudian Allah akan menghidupkan mayit dengan mengembalikan ruh pada semua badan guna pertanyaan dua malaikat Mungkar dan Nakir, setelah pertanyaan tersebut Allah megeluarkan ruh dari mayit tersebut, dan Allah akan meng-adzab orang yang dikehendaki untuk diadzab-Nya, dengan menciptakan pada si mayit suatu bentuk kehidupan dengan disebabkan berhubungannya ruh dengan jasad, sebagaimana berhubungannya sinar matahari dengan bumi, dengan ukuran sakit yang dirasakan, maka tersiksalah ruh bersama jasad meskipun ia berada di luar jasad.
Adapun orang kafir adzabnya kekal sampai hari kiamat, dan adzab akan diangkat dari orang mukmin pada hari Jum'at dan bulan Ramadlan karena penghormatan pada nabi Muhammad saw., jika orang mukmin tersebut mati pada hari atau malam jum'at maka adzabnya hanya seketika (satu saat) begitu juga dengan kesempitan kubur, lalu akan dihentikan dan tidak akan terulang kembali sampai hari kiamat.
Allah akan menghidupkan mereka setelah binasanya mereka dengan mengembalikan ruh-ruh pada jasad-jasadnya.
Allah berfirman:
فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا كَذَلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَى وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
faqulnaa idhribuuhu biba'dhihaa kadzaalika yuhyii allaahu almawtaa wayuriikum aayaatihi la'allakum ta'qiluuna
"Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu !" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti."[64]
[64] Menurut jumhur mufassirin ayat ini ada hubungannya dengan Peristiwa yang dilakukan oleh seorang dari Bani Israil. masing-masing mereka tuduh-menuduh tentang siapa yang melakukan pembunuhan itu. setelah mereka membawa persoalan itu kepada Musa a.s., Allah menyuruh mereka menyembelih seekor sapi betina agar orang yang terbunuh itu dapat hidup kembali dan menerangkan siapa yang membunuhnya setelah dipukul dengan sebahagian tubuh sapi itu.
(QS. A Baqarah [2]:73)
Kehidupan tersebut dengan tiupan pembangkitan setelah kematian mereka, dengan tiupan yang mengagetkan/mencengangkan, jarak antara kedua tiupan tersebut adalah empat puluh tahun.
Firman Allah:
وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُونَ
wanufikha fii alshshuuri fasha'iqa man fii alssamaawaati waman fii al-ardhi illaa man syaa-a allaahu tsumma nufikha fiihi ukhraa fa-idzaa hum qiyaamun yanzhuruuna
"Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)."
(QS. Az-Zumar [39]:68)
Setelah kehidupan tersebut mereka akan digiring dalam keadaan tidak memakai alas kaki dan telanjang bulat ke padang mahsyar, yaitu Ardlun Baidla' (bumi yang putih) yang tidak sedikitpun kamu melihat padanya tempat yang rendah dan tempat yang tinggi, dan Allah akan menggumpulkan mereka untuk pertanggungjawaban dan hisab (perhitungan).
Firman Allah:
يَوْمَ يَجْمَعُكُمْ لِيَوْمِ الْجَمْعِ ذَلِكَ يَوْمُ التَّغَابُنِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
yawma yajma'ukum liyawmi aljam'i dzaalika yawmu alttaghaabuni waman yu/min biallaahi waya'mal shaalihan yukaffir 'anhu sayyi-aatihi wayudkhilhu jannaatin tajrii min tahtihaa al-anhaaru khaalidiina fiihaa abadan dzaalika alfawzu al'azhiimu
"(Ingatlah) hari (di mana) Allah mengumpulkan kamu pada hari pengumpulan, itulah hari dinampakkan kesalahan-kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar."
(QS. At-Taqhaabun [64]:9)
Dan Allah akan menghisab (membuat perhitungan) mereka.
Firman Allah:
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ
wanadha'u almawaaziina alqistha liyawmi alqiyaamati falaa tuzhlamu nafsun syay-an wa-in kaana mitsqaala habbatin min khardalin ataynaa bihaa wakafaa binaa haasibiina
"Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan."
(QS. Al-Anbiyaa [21]:47)
Di antara mereka ada yang dimintai perhitungan dengan berat secara terbuka (di depan umum) karena kehinaannya, dialah orang yang pada hari itu diberi kitab amal yang telah ditulis malaikat Hafadhah selama masa hidupnya dari belakang punggungnya, orang tersebut adalah orang kafir atau orang munafik yang tangan kanannya dibelenggukan pada leher dan tangan kirinya diletakkan di belakang punggungnya, dengan tangan kiri itulah ia akan mengambil kitab amalnya.
Di antaranya lagi terdapat orang yang Allah tidak membuat perhitungan padanya dihadapan para malaikat dan yang lainnya, dengan menutupi terhadap orang tersebut, akan tetapi Allah membuat perhitungan padanya secara langsung, dan Allah akan memperlihatkan amalnya pada orang tersebut dengan berfirman: ”Ini amal-amalmu yang telah kamu kerjakan di dunia, dan Aku telah menutupinya atasmu, dan hari ini Aku telah mengampunimu", dialah orang yang pada hari itu diberi kitab amal dari depan, orang tersebut adalah orang mukmin yang taat.
Adapun kitab amal diciptakan setelah pemiliknya mati yang berada di sebuah almari di bawah Arsy, apabila mereka telah berada di Mauqif (tempat menunggu) maka Allah mengutus angin lalu angin tersebut menerbangkannya, tiap-tiap lembaran akan menempel pada leher pemiliknya yan tidak akan luput pada pemiliknya, kemudian malaikat mengambil lembaran-lembaran tersebut dari leher-leher pemiliknya dan menyerahkannya pada tangan-tangan mereka lalu mereka mengambilnya.
Orang pertama yang mengambil kitab dengan tangan kanannya adalah Umar bin Khattab, beliau memiliki sinar seperti sinar matahari, adapun Abu Bakar, beliau adalah pemimpin tujuh ribu orang yang masuk surga tanpa hisab, mereka-mereka tidak usah mengambil lembaran-lembarannya.
Setelah Umar, Abu Salmah Abdullah bin Abdil Asad Al-Makhzumi, dan orang pertama yang mengambil kitab dengan tangan kirinya adalah saudara beliau yaitu Al-Aswad bin Abdil Asad.
Setelah hamba mengambil kitabnya, mereka akan mendapatkan huruf-hurufnya terang (bercahaya) atau gelap sesuai menurut amal baik atau buruk, dan tulisan pertama pada lembaran tersebut adalah:
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
iqra' kitaabaka kafaa binafsika alyawma 'alayka hasiibaan
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu".
(QS. Al-Israa' [17]:14)
Apabila hamba tersebut telah membacanya, maka wajah mereka akan berubah menjadi putih jika ia orang mukmin, dan akan menjadi hitam jika ia orang kafir.
Firman Allah:
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
yawma tabyadhdhu wujuuhun wataswaddu wujuuhun fa-ammaa alladziina iswaddat wujuuhuhum akafartum ba'da iimaanikum fadzuuquu al'adzaaba bimaa kuntum takfuruuna
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): "Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? Karena itu rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".
(QS. Ali-Imran [3]:106)
Sesungguhnya telah terdapat dalam hadits, bahwasanya yang pertama kali dimintai perhitungan oleh Allah adalah Lauhul Mahfudh, dengan sekiranya diberikan pengetahuan, akal, dan suara padanya, lalu Allah memanggilnya dan gemetarlah otot-ototnya,
Lalu Allah bertanya:
"Apakah kamu telah menyampaikan apa yang ada pada kamu kepada Israfil?",
Israfil menjawab:
"Aku telah menyampaikannya",
Kemudian Allah memanggil Israfil dan gemetarlah otot-ototnya karena takut kepada Allah.
Allah bertanya:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah diceritakan oleh Lauhul Mahfudh padamu?",
Israfil menjawab:
"Aku menyampaikannya kepada Jibril",
Kemudian Allah memanggil Jibril dan gemetarlah otot-ototnya,
Lalu Allah bertanya kepada Jibril:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah Israfil ceritakan padamu?",
Jibril menjawab:
"Aku menyampaikannya kepada para utusan",
Kemudian Allah memanggil para utusan seraya bertanya:
"Apa yang telah kamu perbuat pada apa yang telah Jibril ceritakan padamu?",
Mereka menjawab:
"Kami menyampaikannya pada manusia",
Lalu manusia ditanya:
tentang umur mereka, terhadap apa mereka menghabiskan/mempergunakannya?, tentang masa mudanya, terhadap apa mereka menggunakannya?,
tentang harta-hartanya, dari mana mereka mendapatkan dan terhadap apa merka menafaqahkannya?,
dan tentang ilmunya, apa yang telah mereka perbuat dengannya?.
Firman Allah:
فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ
falanas-alanna alladziina ursila ilayhim walanas-alanna almursaliina
falanaqushshanna 'alayhim bi'ilmin wamaa kunnaa ghaa-ibiina
"Maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka)."
"Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami),"
(QS. Al a'raaf [7]:6-7)
Dan firman Allah:
فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
fawarabbika lanas-alannahum ajma'iina
'ammaa kaanuu ya'maluuna
"Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua,"
"Tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu."
(QS. Al-Hijr [15]:92-93)
Kemudian Allah mendirikan Mizan (timbangan/neraca), maka semua pandangan menatap pada kitab-kitab, apakah kitab-kitab tersebut terkumpul pada sebelah kanan atau pada sebelah kiri, lalu pada Lisanul Mizan (arah pengukur timbangan), apakah ia condong ke sebelah keburukan atau kebaikan.
Allah menghukumi di antara mereka dengan adil, dan yang pertama diputus/diadili di mauqif adalah masalah shalat, setelah itu gugatan dari pembunuhan jiwa tanpa haq, kemudian mereka digiring ke shirat, yaitu jembatan yang memanjang di atas tengah neraka yang terlatak diantara mauqif dan surga, sedang neraka berada di antara keduanya, lebih halus dari rambut, lebih tajam dari pedang ibarat silet.
Orang-orang yang beruntung menjalaninya ibarat kedipan mata, kemudian seperti kilat, seperti burung, dan keledai, kemudian orang yang menjalaninya dengan lari-lari kecil, lalu dengan berjalan, dengan merangkak dan dengan merayap/beringsut.
Mereka semua berbeda-beda sebagaimana halnya orang-orang yang celaka, maka di antara mereka ada yang gagal pada langkah yang pertama, dialah orang yang terakhir keluar dari neraka, dan di antaranya lagi terdapat orang yang gagal pada langkah yang terakhir, dialah orang yang pertama keluar dari neraka, perjalanan tersebut berbeda-beda sesuai berdasarkan perbedaan amal kebaikan dan rasa penghormatan terhadap Allah apabila hal itu terbersit pada hati.
Orang pertama yang masuk ke neraka adalah Qabil yang telah membunuh saudaranya yaitu Habil tanpa haq, karena dialah orang pertama yang memperlihatkan hal ini, dia adalah yang pertama masuk ke neraka dari bangsa manusia. Adapun Iblis dia adalah yang pertama masuk ke neraka dari bangsa jin.
Adapun yang selain dari para malaikat, jin dan manusia mereka semua mati, akan tetapi tidak satupun dari para malaikat mati sebelum tiupan pertama, tetapi mereka akan mati pada saat tiupan itu kecuali Hamalatul Arsy dan para malaikat yang empat, mereka akan mati setelah tiupan pertama dan hidup kembali sebelum tiupan ke dua, dan yang mati terkhir adalah malaikat maut, seperti inilah yang telah dikatakan oleh Syarqawi.
Telah dikatakan, bahwasanya Hamalatul Arsy tidak akan mati karena mereka semua diciptakan untuk selamanya.
Adapun orang yang fasiq, yaitu orang yang yang mengerjakan dosa besar atau yang selalu menetapkan dosa kecil, dan ketaatan mereka tidak melebihi terhadap kemaksiatannya, maka mereka tidak akan kekal di neraka setelah hisab, yaitu setelah selesai ukuran dosanya, karena perbuatan tersebut tidak mengeluarkannya dari keimanan, kecuali ia ber-i'tiqad terhadap halalnya kemaksiatan baik besar maupun kecil.
Sesungguhnya yang dinamakan iman menurut golongan Asy'ary dan Maturidzy adalah tashdiq bil qalbi (membenarkan dengan hati) saja, adapun iqrar dari orang yang mampu adalah syarat untuk memenuhi hukum-hukum duniawi yang mana termasuk dari keseluruhannya adalah wajibnya ber-i'tiqad bahwa mereka tidak akan kekal di neraka.
Jika iman adalah tashdiq, maka seorang hamba wajib tidak keluar dari bersifat terhadap itu, kecuali terhadap apa yang bertentangan dengannya yang berupa kekufuran, yaitu tidak adanya tashdiq (membenarkan) pada apa yang telah diketahui secara pasti dari apa yang telah dibawa Rasul saw., atau meniggalkan syaratnya, yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat beserta adanya kemampuan untuk itu.
Sebagaimana bahwa orang mukmin yang berbuat maksiat tidak akan kekal di neraka, maka seperti itu juga wajib i'tiqad bahwa syafaat tidak akan sampai pada orang-orang kafir.
Firman Allah:
وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ
حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ
فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
wakunnaa nukadzdzibu biyawmi alddiini
hattaa ataanaa alyaqiinu
famaa tanfa'uhum syafaa'atu alsysyaafi'iina
"Dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,"
"Hingga datang kepada kami kematian".
"Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafa'at dari orang-orang yang memberikan syafa'at."
(QS. Al-Muddatstsir [74]:46-48]
Para rasul memiliki syafaat-syafaat yang tidak terbatas, dan paling agungnya syafaat yang diberikan oleh para rasul adalah syafaat untuk pembebasan makhluk dari ketakutan yang sangat dan kekhawatiran, syafaat ini disebut dengan Syafaat Udhma, karena merata pada semua makhluk, dan juga disebut dengan Maqamul Mahmud, karena orang-orang terdahulu dan terakhir memuji kepada nabi Muhammad saw.
Pada syafaat tersebut, kemudian syafaat untuk memasukkan satu kaum ke Surga tanpa hisab, dan ini termasuk keistimewaan nabi Muhammad saw.
Sebagaimana syafaat yang sebelumnya, lalu syafaat untuk orang yang berhak masuk ke neraka tidak masuk ke neraka, syafaat untuk mengeluarkan orang yang dimasukkan ke neraka, yaitu orang-orang yang bertauhid, dan ini tidak hanya tentu pada nabi Muhammad saw., tetapi para nabi, malaikat dan manusia bersekutu dengan dalam syafaat ini, syafaat untuk meringankan adzab bagi orang yang berhak kekal di neraka pada sebagian waktu, seperti Abu Thalib, syafaat untuk anak-anak – yang mati pada waktu kecil – orang musyrik untuk masuk ke surga, syafaat nabi Muhammad saw.
Bagi orang yang mati di Madinah, -la’allahu- bagi orang yang sabar terhadap kesulitan-kesulitan Madinah dan bagi orang yang berziarah pada beliau setelah wafatnya, syafaat untuk orang yang menjawab muaddzin (orang yang adzan) serta memohonkan derajat untuk beliau, syafaat untuk orang yang bershalawat pada malam dan siang hari Jum'at, syafaat untuk orang yang hafal empatpuluh hadits dalam masalah agama dan mengamalkannya, syafaat untuk orang yang berpuasa bulan Sya'ban dikarenakan beliau suka berpuasa pada bulan itu, dan syafaat untuk orang yang memuji dan memuja kepada Ahlil Bait.
Adapun orang mukmin, yaitu orang yang mati atas agama islam walaupun sebelumnya kafir, maka mereka semua di surga kekal. Tidak akan mungkin mereka-mereka masuk ke surga kemudian masuk ke neraka, karena orang yang masuk ke surga tidak akan pernah keluar.
Firman Allah:
لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ
laa yamassuhum fiihaa nashabun wamaa hum minhaa bimukhrajiina
"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya."
(QS. Al-Hijr [15]:48)
Masuk ke surga adakalanya tanpa masuk ke neraka terlebih dahulu, dan adakalanya masuk ke neraka terlebih dahulu sesuai dengan ukuran dosanya.
Orang kafir dari bangsa manusia dan jin, yaitu mereka-mereka yang mati atas kekufuran walaupun sepanjang umurnya mereka hidup dalam keimanan, mereka semua di neraka kekal, tidak henti-hentinya diadzab yang adakalanya dengan ular-ular, kalajengking-kalajengking, pukulan, atau dengan yang lainnya.
Kesimpulannya adalah, bahwasanya manusia terbagi menjadi dua bagian, orang mukmin dan orang kafir, orang kafir kekal di neraka, dan orang mukmin terbagi menjadi dua bagian, yang taat dan yang maksiat, yang taat di surga, dan yang maksiat terbagi menjadi dua bagian, yang bertaubat dan yang tidak bertaubat, yang bertaubat masuk surga dan yang tidak bertaubat berada pada kehendak Allah, apabila Allah berkehendak maka Allah mengampuninya dan memasukkannya ke surga dengan keagungan dan kemuliaannya, dan itu disebabkan berkat iman dan taat, atau sebab sebagian kebaikan-kebaikan, juga apabila Allah berkehendak maka Allah mengadzabnya dengan ukuran dosanya baik kecil ataupun besar, dan kemudian terakhir Allah memasukkannya ke surga, maka orang tersebut tidak akan kekal di neraka.
Surga tidak akan rusak, surga ada tujuh:
- Firdaus,
- Adnin,
- Khuld,
- Na'im,
- Ma'wa,
- Darus Salam, dan
- Darul Jalal.
Yang semuanya bersambung pada tempat pemilik wasilah, yaitu nabi Muhammad saw. supaya ahli surga merasa nikmat dengan melihat beliau, karena sesungguhnya beliau nampak pada mereka dari tempat itu, beliau menyinari ahli surga sebagaimana matahari menyinari ahli bumi.
Juga (yang tidak rusak) neraka, dan tingkatan-tingkatan neraka ada tujuh,
Juga (yang tidak rusak) neraka, dan tingkatan-tingkatan neraka ada tujuh,
- paling atas adalah Jahannam ia untuk orang-orang mukmin yang maksiat,
- kemudian Ladha untuk orang yahudi,
- Khuthamah untuk orang-orang nashrani,
- Sa'ir untuk Shabi'in, mereka adalah suatu kelompok dari orang yahudi,
- Saqar untuk orang majasi,
- Jahim untuk penyembah berhala, dan
- Hawiyah untuk orang munafik.
Demikian juga penghuni surga dan neraka semuanya tidak rusak, yaitu yang berupa Hurun 'In, Wildan, almari surga, malaikat adzab, ular dan kalajengking.
Syarbini berkata menukil dari Imam Nanafi ada tujuh yang tidak akan rusak, Arsy, Kursi, Lauh, Qalam, surga dan neraka beserta penghuninya dan ruh.
Dikhilafi ulama' dalam masalah penafsiran firman Allah:
وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
walaa tad'u ma'a allaahi ilaahan aakhara laa ilaaha illaa huwa kullu syay-in haalikun illaa wajhahu lahu alhukmu wa-ilayhi turja'uuna
"Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah kamu dikembalikan."
(QS. Al Qashash [28]:88)
Apabila makna “Tiap-tiap sesuatu itu binasa” adalah adanya setiap sesuatu dapat binasa pada dzatnya, karena tiap-tiap yang selain Allah swt. adalah yang mumkin ada yang dapat menerima ketiadan, maka tujuh perkara tersebut termasuk pada makna ini, dan jika maknanya, setiap sesuatu itu binasa adalah adanya setiap sesuatu tersebut yang keluar dari yang bisa diambil kamanfaatannya disebabkan kematian atau terpisahnya ajza' (anggota-anggota), maka tujuh perkara tersebut adalah termasuk yang dikecualikan dari yang binasa.
Barang siapa yang ragu terhadap sesuatu dari apa-apa yang telah disebutkan ini maka orang tersebut kafir.
Kembali ke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar