IMAN, MAKHLUK ATAU BUKAN?
Jika ditanyakan kepadamu: "Apakah iman makhluk atau bukan?".
Maka hendaklah kamu berkata: Iman adalah hidayah dari Allah, membenarkan dengan hati terhadap apa yang telah dibawa olah Nabi saw. dari Allah, dan iqrar dengan kalimat syahadat dengan lisan.
Hidayah adalah penciptaan Allah, dan ia qadim. Adapun tashdiq (membenarkan) dan iqrar keduanya adalah perbuatan hamba dan ia muhdats (yang diciptakan/baru, dengan dibaca fathah huruf Dal-nya), yaitu yang ada setelah tiada, dan tiap-tiap apa-apa yang datangnya dari yang qadim adalah qadim, sedang tiap-tiap apa yang datangnya dari yang muhdats adalah muhdats.
Syekh Abu Mu'in mengatakan, tidak boleh dikatakan bahwa iman adalah mahluk atau bukan mahluk, akan tetapi boleh dikatakan bahwa iman dari hamba adalah iqrar dengan lisan serta membenarkan dengan hati, dan iman dari Allah adalah hidayah dan taufiq.
Sebagian ulama' mengatakan, tidak boleh mengatakan bahwa iman adalah sebuah nama hidayah dan taufiq, walaupun iman tidak akan ada kecuali dengan keduanya, karena seorang hamba adalah yang diperintah terhadap iman, dan perintah hanya ada pada apa yang masuk di bawah kekuatan hamba, dan sesuatu yang seperti itu adalah mahluk.
Bajuri mengatakan, yang tepat, iman adalah mahluk, karena iman adakalanya membenarkannya hati, atau membenarkannya hati serta iqrar dengan lisan, dan kedua-duanya adalah mahluk, dan apa yang telah dikatakan bahwa iman adalah qadim dengan mempertimbangkan terhadap hidayah, itu keluar dari hakikat iman, atas sesungguhnya hidayah adalah hadits (baru).
Namun jika kita melihat terhadap bahwa iman adalah dengan qadla' yang azali maka sah saja jika dikatakan bahwa iman adalah qadim.
Muhammad Khalil berkata, dengan menukil dari Syamsi Ar-Ramli, iman menurut Jumhurul Muhaqqiqin adalah membenarkannya hati terhadap apa yang telah diketahui secara pasti yang dibawa Rasulullah saw. dari Allah. Adapun iqrar dengan lisan, maka itu hanya merupakan syarat untuk memenuhi hukum-hukum dalam agama.
Dikatakan, iman adalah iqrar dan membenarkan secara bersamaan, dikatakan juga, iman adalah iqrar dan amal-amal. Dan atas tiap-tiap qaul ini, semuanya adalah mahluk, karena hal tersebut adalah perbuatan hamba yang diciptakan.
Firman Allah:
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
««•»»
Jika ditanyakan kepadamu: "Apakah iman makhluk atau bukan?".
Maka hendaklah kamu berkata: Iman adalah hidayah dari Allah, membenarkan dengan hati terhadap apa yang telah dibawa olah Nabi saw. dari Allah, dan iqrar dengan kalimat syahadat dengan lisan.
Hidayah adalah penciptaan Allah, dan ia qadim. Adapun tashdiq (membenarkan) dan iqrar keduanya adalah perbuatan hamba dan ia muhdats (yang diciptakan/baru, dengan dibaca fathah huruf Dal-nya), yaitu yang ada setelah tiada, dan tiap-tiap apa-apa yang datangnya dari yang qadim adalah qadim, sedang tiap-tiap apa yang datangnya dari yang muhdats adalah muhdats.
Syekh Abu Mu'in mengatakan, tidak boleh dikatakan bahwa iman adalah mahluk atau bukan mahluk, akan tetapi boleh dikatakan bahwa iman dari hamba adalah iqrar dengan lisan serta membenarkan dengan hati, dan iman dari Allah adalah hidayah dan taufiq.
Sebagian ulama' mengatakan, tidak boleh mengatakan bahwa iman adalah sebuah nama hidayah dan taufiq, walaupun iman tidak akan ada kecuali dengan keduanya, karena seorang hamba adalah yang diperintah terhadap iman, dan perintah hanya ada pada apa yang masuk di bawah kekuatan hamba, dan sesuatu yang seperti itu adalah mahluk.
Bajuri mengatakan, yang tepat, iman adalah mahluk, karena iman adakalanya membenarkannya hati, atau membenarkannya hati serta iqrar dengan lisan, dan kedua-duanya adalah mahluk, dan apa yang telah dikatakan bahwa iman adalah qadim dengan mempertimbangkan terhadap hidayah, itu keluar dari hakikat iman, atas sesungguhnya hidayah adalah hadits (baru).
Namun jika kita melihat terhadap bahwa iman adalah dengan qadla' yang azali maka sah saja jika dikatakan bahwa iman adalah qadim.
Muhammad Khalil berkata, dengan menukil dari Syamsi Ar-Ramli, iman menurut Jumhurul Muhaqqiqin adalah membenarkannya hati terhadap apa yang telah diketahui secara pasti yang dibawa Rasulullah saw. dari Allah. Adapun iqrar dengan lisan, maka itu hanya merupakan syarat untuk memenuhi hukum-hukum dalam agama.
Dikatakan, iman adalah iqrar dan membenarkan secara bersamaan, dikatakan juga, iman adalah iqrar dan amal-amal. Dan atas tiap-tiap qaul ini, semuanya adalah mahluk, karena hal tersebut adalah perbuatan hamba yang diciptakan.
Firman Allah:
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
««•»»
waallaahu khalaqakum wamaa ta'maluuna
««•»»
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
(QS. Ash Shaaffaat [37]:95)
Adapun perkataan Abul Laits As-Samarqandi pada jawaban; "Apakah iman adalah mahluk atau bukan?" dengan jawaban; "Iman adalah iqrar dan hidayah.
Iqrar adalah pekerjaan hamba dan ia mahluk, dan hidayah adalah penciptaan Allah dan ia bukan mahluk", maka hal ini mendapat toleransi, karena hidayah Allah pada hamba adalah sebab keimanan, bukan juz (bagian) dari iman, dan yang ditanyakan adalah nafsul iman (dzat/esensi iman), bukan iman beserta sebabnya secara bersamaan.
"WAllahu A'lamu, wa shallahu 'ala Sayyidina Muhammadin wa alihi wa Shahbihi wa sallama, wal hamdulillahi Rabbil 'alamina".
"Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu".
(QS. Ash Shaaffaat [37]:95)
Adapun perkataan Abul Laits As-Samarqandi pada jawaban; "Apakah iman adalah mahluk atau bukan?" dengan jawaban; "Iman adalah iqrar dan hidayah.
Iqrar adalah pekerjaan hamba dan ia mahluk, dan hidayah adalah penciptaan Allah dan ia bukan mahluk", maka hal ini mendapat toleransi, karena hidayah Allah pada hamba adalah sebab keimanan, bukan juz (bagian) dari iman, dan yang ditanyakan adalah nafsul iman (dzat/esensi iman), bukan iman beserta sebabnya secara bersamaan.
"WAllahu A'lamu, wa shallahu 'ala Sayyidina Muhammadin wa alihi wa Shahbihi wa sallama, wal hamdulillahi Rabbil 'alamina".